7 : Malam Tidak Terduga

833 76 9
                                    


.

.

.

Zoro bertemu dengan Robin di perbatasan zebra-cross, seven eleven terletak di sebrang gedung apartemennya. Dapat Zoro lihat wanita berambut gagak sepunggung itu berdiri dengan santai seraya memegang ponselnya. Robin terlihat mengenakan dress katun selutut dengan kardigan yang terlihat hangat membungkus tubuhnya, memakai tas kecil yang terlihat praktis dan memegang paperbag, entah berisi apa. Rambutnya tersapu angin malam yang memang cukup dingin.

Zoro terdiam memandang wanita itu dari jarak pandangnya sebelum mata Robin menemukannya dan melambaikan tangan dengan senyumannya. Lampu pejalan kaki kemudian berubah menjadi hijau, Zoro segera menyebrang untuk mendekat pada Robin.

"Sendiri?" Zoro bertanya ketika sudah berdiri di hadapan Robin.

Robin mengangguk. "Aku dari toko buku, lalu tertarik berkeliling sebentar."

Zoro berjalan di sebelah Robin.
"Toko buku? Yang di persimpangan?" Zoro bertanya, Robin mengangguk antuasias. Terlihat binar tercetak di kedua matanya meski tidak terlalu kentara.

"Toko bukunya sangat lengkap. Kebetulan ketika kau memberitahu apartemenmu berada di sekitar sini, aku langsung teringat dengan toko buku yang sering aku kunjungi sewaktu kuliah."

Ketika Zoro mengantarnya pulang setelah pertemuan di kedai sake waktu itu, mereka berdua berbagi informasi dengan mengalir begitu saja. Sebelum sampai di apartemen Robin waktu itu, Zoro menunjukkan wilayah apartemennya yang kebetulan di lewati mereka. Waktu itu Robin merasa tidak enak karena ternyata wilayah apartemen lelaki itu berada sebelum wilayah apartemennya, membuat Zoro harus putar balik ketika pulang nantinya.

Untungnya waktu itu, Zoro tidak keberatan.

"Jadi kau membeli buku? Malam-malam begini?" Meski ramai, tetap saja malam adalah malam, dimana tindak kejahatan lebih mendominasi terjadi, apalagi pada makhluk bernama perempuan.

Banyak gang-gang sempit di kota besar yang terkadang menjadi sumber kejahatan, entah rampok atau pelecehan.

Robin terkekeh. "Aku kehabisan bacaan. Jadi terpaksa keluar sebentar, di East Blue semuanya terlihat aman."

"Tetap saja berjalan sendiri itu cukup mengkhawatirkan. Kau sering begini?" Zoro menarik pelan tangan Robin ketika wanita hendak tertabrak seorang pejalan kaki yang sibuk bermain ponsel. Zoro melirik sinis pejalan kaki itu, Robin melirik pegangan tangan Zoro padanya.

"Aku cukup pandai menjaga diri. Sudah terbiasa juga." Robin terkekeh, ia pikir pergelangan tangannya akan segera di lepas oleh Zoro, tetapi lelaki itu masih menggenggamnya begitu saja.

"Kebiasaanmu buruk." Komentar Zoro.

Robin menoleh pada Zoro, memandang figur wajah lelaki itu dari samping.

"Bukankah kau juga terbiasa sendiri?" Robin meledek, Zoro menoleh padanya seraya mendengkus.

"Akukan lelaki. Wajar saja, aku lebih mampu menjaga diri." Zoro membela.

Robin terkekeh mendengarnya. "Hmmm, aku tidak tahu seorang Roronoa Zoro suka meremehkan perempuan. Perempuan juga pandai menjaga diri, aku sudah sering melakukan solo trip."

"Solo trip?" Terasa makin tidak wajar, Robin yang paling aneh dari setiap perempuan yang ia temui.

Robin mengangguk dengan senyum hingga kedua matanya menyipit. "Jadi kau tidak boleh meremehkan kekuatanku dalam menjaga diri."

Langkah Zoro memelan, ia menoleh pada Robin yang kini tersenyum ke arahnya. Kata-kata wanita itu tidak asing, terasa mengingatkannya pada sesuatu.

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang