35 : Nico-ya

1.2K 74 13
                                    

.

.

.

Pekarangan yang indah milik kediaman Robin di jadikan tempat untuk bercengkrama, mereka berkumpul di sana untuk memanggang daging, menikmati hawa dingin  dan Chopper bermain kembang api bersama teman-teman rumahnya. Zoro telah kembali dari membantu Paman Saul memanggang, kini Robin duduk di batang pohon yang tumbang, telah menjadi kursi untuk membuat pekarangan itu tampak asri.

Robin merekatkan selimut flanelnya ke bahu, Zoro duduk di sebelah wanita itu.

"Mereka semua sangat ramah." Zoro berkomentar, ada beberapa tetangga yang datang membawakan wiski untuk dinikmati, berkenalan dengan Zoro dan memberikan pertanyaan umum untuk saling mengenal. Zoro tampak berhasil bergabung dengan penduduk Ohara.

Pekarangan kian ramai, membuat Zoro mengerti mengapa Robin selalu ingin kembali ke tempat ini. Semua orang bercengkrama, lelaki itu melihat Paman Saul terbahak seraya memanggang daging, menambahkan percikan wiski untuk membuat harum makanan menggoda semua orang.

"Kau nyaman di sini?" Tutur Robin.

Zoro terkekeh. "Menurutmu? Mereka semua tidak segan menyambutku, aku tidak seperti orang asing di sini."

Kali ini, Robin terkekeh. "Tunggu sampai Profesor Kureha menyalakan musik." Tutur Robin, membuat Zoro menaikkan kedua alisnya.

"Ada musik juga?"

Robin tertawa dan mengangguk. "Tetapi bukan alunan tenang seperti pesta keluargamu. Musik dari Prof. Kureha memaksamu untuk bergoyang." Robin menahan tawanya, tak lama sesuai apa yang Robin katakan, musik menghentak terdengar mengalun, berasal dari rumah pohon yang tidak jauh berada di dekat rumah Robin.

Zoro mengerjapkan matanya.

"Ini?"

"Ya!"

Robin tertawa keras.

Tak lama, Profesor Kureha dengan setelan nyentriknya menghampiri Zoro, mengulurkan tangannya dan menarik lelaki itu untuk bergabung. Robin tidak berhenti tergelitik saat melihat tubuh tegap lelaki itu di minta bergerak, Zoro terlihat kaku dan melotot pada Robin.

Wajah tersiksa itu akhirnya membawa Robin ikut bergabung, wanita itu memegang dua gelas wiski di tangannya. Memberikan satunya pada Zoro.

"Ada aku." Tutur Robin menahan tawa.

Zoro meneguk wiskinya. "Kau tahu, aku terkejut orang-orang tenang seperti O'Hara bisa menari santai seperti ini."

Robin tidak berhenti tergelak. "Mereka menyebutnya pesta penyambutan. Semua orang menyukaimu, di sini."

Zoro mengambil wiski di tangan Robin.

"Aku tidak berhenti bersyukur mendengar itu. Tetapi Nona Robin, kau tidak pandai minum." Zoro yang akhirnya meneguk wiski di gelas milik wanita itu, Robin memberengut ketika wiski mahal itu diambil alih oleh Zoro.

"Itu wiski mahal. Tertimbun sepulu tahun."

Zoro terkekeh. "Kau lebih memilih mabuk untuk mencicipi wiski ini?"

"Uh itu salah?"

"Paman Saul bahkan membenarkan jika kau cukup tidak terkendali saat mabuk. Kau tidak berhenti meracau, itu informasi yang aku dapatkan."

Robin tampak melotot protes.

"Memangnya kenapa? Bukankah kau senang aku mabuk dan tidak terkendali?"

Zoro terdiam. Berpikir sejenak.

"Memang." Kata Zoro pada akhirnya.

Robin mengernyit, tetapi kemudian Zoro menarik pinggang ramping kekasihnya. "Lebih menyenangkan melakukannya saat kita benar-benar sadar." Zoro membisik di telinga wanita itu, membuat Robin tertegun.

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang