20 : Kesepakatan

896 70 13
                                    

———warning, more narration.

.

.

.

Pagi datang begitu saja.

Robin masih tertidur memeluknya ketika Zoro membuka matanya secara perlahan, mengejutkan ketika dirinya terbangun lebih dulu hanya karena mendengar suara Chopper memanggil Robin, mengetahui Zoro cukup kuat tidur apalagi jika kelelahan. Mungkin karena Zoro masih terjaga dalam tidurnya sekalipun, takut jika Chopper melihat kegiatan mereka berdua.

"Zolo.." Chopper telah duduk seraya mengucek mata. Zoro tersenyum pada Chopper, lelaki itu segera menutup tubuh Robin dengan selimut ketika tubuh wanita itu masih tanpa sehelai benang akibat kegiatan mereka semalam.

Zoro segera bangkit dari tidurnya dengan rambut hijaunya yang mencuat berantakan, kepalanya sedikit pening, ia mengambil kimono miliknya dan memakainya. Chopper berdiri perlahan, melangkah mendekati Zoro, kemudian memeluk lelaki itu. Menyandarkan kepalanya di bahu Zoro.

"Zolo.. Mommy belum bangun?" Chopper menatap Ibunya yang terlelap di balik selimut, terlihat berantakan. Rambut coklat Chopper juga berantakan dan wajah bantal bocah lelaki itu terlihat menggemaskan. Zoro mengelus pelan surai Chopper.

"Belum, Mommy kelelahan. Masih harus tidur." Tutur Zoro. Lelaki itu melirik Robin, wanita itu tertidur tenang ketika Zoro menyelesaikan kegiatan mereka setelah dua kali pelepasan. Wanita itu jelas kelelahan.

"Chopper mau mandi?" Zoro menawarkan, Chopper memeluknya seperti bayi koala. Zoro mendengkus geli, tidak Ibu tidak seorang anak, jika manja pasti memeluk.

Chopper menguap. "Choppa masih mengantuk." Tutur Chopper, Zoro terkekeh lalu berdiri secara perlahan, membawa Chopper di gendongannya.

"Chopper harus mandi sekarang, agar Mommy tidak kerepotan nantinya." Tutur Zoro, Chopper masih menyandarkan kepalanya di bahu Zoro.

"Mandi bersama kan?"

Zoro mengangguk. "Ya, kita mandi bersama."

"Bermain air ya?"

Zoro terkekeh, mendekati kamar mandi, meninggalkan Robin dalam tidurnya. "Tentu, sesuai keinginanmu."

Chopper terlihat senang, keduanya memasuki kamar mandi untuk mulai membasuh. Membersihkan tubuh anak itu, bermain di bak mandi kayu bersama mainan bebek Chopper yang di bawakan Robin sebelumnya.

Chopper terlihat asik bermain air, dengan Zoro yang menggosok punggung anak itu dengan pelan. Sesekali mata Zoro mengarah pada pintu kamar mandi, khawatir pada Robin yang belum bangun. Bagaimana reaksi wanita itu nantinya? Mungkinkah Robin akan meledakkan amarahnya? Itu kemungkinan paling masuk akal.

Dan Zoro harus siap menghadapinya.

.

.

.

Robin terbangun ketika mendengar suara tawa Chopper, tubuhnya menggeliat pelan, rasa pegal terasa mendominasi tubuhnya. Terutama bagian vitalnya. Robin meringis, mencoba mengingat sesuatu, terakhir kali ia mengingat, dirinya tengah bicara dengan Bonney, mereka berbagi pembicaraan mengenai banyak hal. Bonney lebih suka menceritakan hubungannya dengan Kid yang akan lebih serius dengan menyiapkan pernikahan.

Robin senang mendengar itu, sebuah pernikahan adalah jenjang paling serius dari puncak sebuah hubungan. Banyak yang gagal mencapainya, termasuk dirinya dan Law.

Itu ingatan terakhir yang tinggal di kepala Robin. Ia tak ingat sisanya, hanya ada samar-samar. Terutama ingatan mengenai Zoro.

Robin beranjak bangun, hingga ketika menyadari tubuhnya tanpa sehelai benang di balik selimut, Robin tertegun dan kontan duduk. Matanya mengerjap beberapa kali, memerhatikan sekitar ruangan dengan mata awasnya. Robin menutup tubuhnya dengan selimut.

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang