Mira's Story : Terpesona

29 0 0
                                    


Walau ini cinta
Bukan pandangan pertama

Ku yakin hati ini 'kan suka padamu
Ku ingin kau jadi milikku
Temani di setiap langkahku
Tercuri hatiku
Dan kau buatku terpesona
Kau jadi milikku
Temani di setiap langkahku
Tercuri hatiku
Dan kau buatku terpesona

~ Terpesona, Rizky Febian


---

Hari itu, kampus dipenuhi dengan keramaian mahasiswa yang sibuk berlalu-lalang. Di antara mereka, ada seorang mahasiswi berambut panjang berwarna cokelat dan berjalan cepat menuju gedung kuliah. Namanya adalah Miranda Rachelia, namun teman-temannya memanggilnya Mira. Ia adalah seorang mahasiswa Teknik Informatika yang rajin, tetapi juga dikenal sebagai seorang yang agamis dan misterius.

Mira tengah asyik memikirkan jadwal kuliah dan tugas yang menumpuk. Dalam keadaan terburu-buru, Mira tidak sengaja menabrak seseorang yang berdiri di depan pintu masuk gedung kuliah. Buku-bukunya berserakan ke lantai.

"S-sorry," kata Mira, cepat-cepat membungkuk untuk mengambil bukunya.

Seseorang yang baru saja ia tabrak itu juga sibuk mengumpulkan buku-bukunya. Ia adalah seorang mahasiswa berwajah tampan dengan senyuman yang ramah. Namanya adalah Putra Pitaloka, seorang teman Mira sejak kuliah.

"Tidak apa-apa," jawab Putra sambil tersenyum. "Kita berdua sama-sama terburu-buru."

Mira menatap Putra dengan rasa canggung di matanya. Ia selalu merasa takjub pada keenergikan Putra dan kegigihannya dalam menjalani kehidupan.

"Walau ini bukan pandangan pertama," gumam Mira dalam hati, "kini ada yang berbeda."

"Terima kasih," kata Mira sambil merapikan bukunya. "Saya benar-benar harus lebih berhati-hati."

Putra mengangguk. "Sama-sama, Mira. Semoga kamu tidak terlalu terburu-buru lagi."

Dengan senyum, mereka berdua melanjutkan perjalanan ke dalam gedung kuliah.

---

Mereka berdua kemudian bergabung dengan teman-teman mereka di lobi gedung. Jam istirahat adalah waktu yang mereka nantikan untuk berkumpul, berbicara, dan menghilangkan stres dari kuliah mereka.

Dirfan Wijaya Kusuma adalah salah satu teman dekat Putra dan Mira. Ia adalah pemimpin dari kelompok mereka, selalu penuh semangat dan berpikiran tajam. Di sebelah Dirfan, ada Mara Johan Sufachrie, teman dari Mira yang terkenal karena kecerobohannya dan kekompakannya dengan teman-temannya.

Nysa adalah seorang mahasiswi yang cerdas, dan Dewi Kamasean adalah mahasiswa yang dikenal sebagai yang paling pintar di antara mereka semua. Juliet dan Ferlia adalah teman-teman yang selalu menyemarakkan suasana dengan keceriaan mereka.

Mira, Putra, Dirfan, Mara, Nysa, Dewi, Juliet, dan Ferlia duduk bersama di meja panjang di lobi gedung. Mereka mulai berbicara tentang berbagai topik, dari kuliah hingga rencana akhir pekan.

"Kamu tahu, Mira, besok ada ujian besar," kata Dirfan dengan nada serius, tetapi tersenyum. 

"Jadi, sudahkah kamu siap?"

Mira mengangguk. "Tentu saja, Dirfan. Aku selalu siap."Mara menggoda, "Jangan lupa, Mira juga harus siap untuk makan siang kita nanti. Kita pergi ke restoran baru di dekat sini, ya?"

Putra menambahkan, "Benar. Saya mendengar restoran itu memiliki hidangan yang sangat lezat. Saya akan memesan semuanya."

Semua tertawa, dan percakapan mereka berlanjut dengan ceria. Mereka adalah teman-teman yang saling mendukung satu sama lain, dan setiap momen bersama mereka adalah momen yang berharga.

"Dan kau buatku terpesona," gumam Mira dalam hati, merenungkan perasaannya yang semakin dalam terhadap Putra.

Percakapan mereka terus berjalan, dipenuhi dengan tawa dan candaan, menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka. Meskipun hidup mereka penuh dengan tantangan dan perubahan, mereka tahu bahwa teman-teman mereka selalu ada untuk mendukung dan menghibur.

Pertemuan awal Mira dengan Putra di kampus dan momen berkumpul mereka bersama teman-teman menjadi awal dari petualangan yang panjang dan penuh warna dalam kehidupan mereka.

PlotWishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang