"The path to our dreams often leads us through the realms of self-discovery." - Unknown
Malam hari di rumah Mara, ponselnya dan ponsel Mira saling berdering dengan pesan-pesan mereka. Tampaknya mereka telah memulai permainan pertanyaan-pertanyaan acak yang membuat mereka tertawa dan terhibur. Percakapan ini menjadi semakin lucu dan akrab seiring malam berlalu. Mira bertanya tentang hal-hal seperti makanan favorit Mara atau film kesukaannya, sementara Mara membalas dengan lelucon dan jawaban yang penuh canda.
Akhirnya, setelah sekian lama mengobrol, rasa kantuk menang dan Mara tertidur. Saat dia terlelap, dia kembali ke Wish Room miliknya. Ruangan kantor putih dengan bangku, meja, dan laptopnya yang dikenalnya dengan baik.
Bayangan putih yang bercahaya, mirip dirinya, berdiri di tengah ruangan itu, menatap keluar dari jendela. Dengan lembut, dia berkata, "Selamat datang kembali ke Wish Room Office, Bos Mara. Silahkan duduk di bangkumu. Ada yang ingin saya diskusikan."
Mara segera duduk di kursinya, dan bayangan itu memerintahkan, "Silakan buka laptop dan mulai slidenya."
Di layar laptop, slide-slide pertanyaan muncul. Pertanyaan pertama adalah, "Apa rencana karirmu, apakah masih sama?"
Mara menjawab dengan tegas, "Ya, rencana karirku masih sama. Aku ingin belajar banyak hal dan mewujudkan impianku memulai start-up sendiri."
Bayangan itu mengangguk puas dan melanjutkan, "Pertanyaan berikutnya, siapa orang yang paling ingin kau bersamanya saat tua nanti?"
Mara tersenyum lembut, "Lusi. Aku sangat mencintainya, dan aku ingin kami bisa bersama selamanya."
Pertanyaan ketiga muncul di layar, "Apakah ada orang lain yang bisa menggantikan Lusi?"
Mara terkejut dengan pertanyaan ini. Setelah sejenak berpikir, dia menjawab, "Saat ini, belum ada yang bisa menggantikan Lusi. Dia adalah orang yang istimewa bagiku."
Bayangan itu tersenyum sinis dan berkata, "Kau ternyata sangat tidak peka, Mara. Jangan sampai kau menyesal melewatkan sesuatu yang begitu hangat."
Mara bingung dengan ucapan bayangannya dan bertanya, "Maksudnya?"
Bayangan itu menegaskan, "Perhatikan sekitarmu, Mara. Suatu saat nanti kau harus membuat keputusan besar, tapi kau harus memerhatikan sekelilingmu."
Mara merasa bingung dengan pesan yang aneh ini, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, dia kembali terlelap dan kembali ke dunia nyata.
Beberapa hari berlalu, Mara mengajak Mira untuk mengunjungi Stasiun Mantraman dengan menggunakan LRT. Stasiun itu adalah tempat transit yang sedang dalam perbaikan, jadi sedikit bahkan tak ada orang di sana saat mereka tiba. Sore hari, langit berwarna oranye saat matahari perlahan turun.
Mira duduk di bangku dengan ekspresi sedih. "Mara," katanya pelan, "aku punya masalah di kantor. Ada satu orang yang selalu bersaing denganku dan mencoba mengalahkanku dalam segalanya."
Mara mendengarkan dengan perhatian dan akhirnya memberikan saran. "Mira, coba lihat dari sudut pandang yang berbeda. Persaingan bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih baik. Jangan biarkan itu mengganggu kamu."
Mira mengangguk dan tersenyum, merasa lega mendengar kata-kata bijak dari sahabatnya. Kemudian mereka duduk di tepi peron stasiun, menikmati dua teh kotak dan roti croissant minimalis yang mereka bawa bersama. Mereka melihat matahari terbenam yang indah dan berbicara tentang masa depan, mimpi, dan harapan mereka.
Percakapan itu menjadi semakin hangat dan menyentuh, dan terkadang mereka tertawa karena lelucon yang mereka bagikan. Di bawah langit senja yang mempesona, mereka merasa bahwa persahabatan mereka semakin kokoh dan tak tergantikan.
Setelah itu, Mara mengantar Mira pulang dengan Vespa-nya, seperti biasa. Mereka berdua tahu bahwa meskipun masa depan penuh ketidakpastian, mereka akan selalu ada satu sama lain untuk saling mendukung dan menghadapinya bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...