Mira's Story : Confessions and Revelations

0 0 0
                                    



Setelah makan di warung pecel lele, Mara membonceng Mira dengan vespanya menuju bioskop untuk menonton "One Piece Red," salah satu film anime kesukaan Mara. Mira, meskipun bukan penggemar anime, merasa senang karena dia menonton bersama Mara.


Saat berboncengan di vespa, angin malam berbisik lembut di sekitar mereka. Mira, yang merasa hangat dan akrab dengan Mara, memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang unik. Dia mulai bernyanyi di belakang Mara, memilih lagu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.


Namun, ketika Mira menyelesaikan lagunya, Mara hanya tertawa dan tidak menyadari pesan di balik lagu tersebut. Mira merasa kecewa, tapi dia berusaha menyembunyikan perasaannya. Dia tahu bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat.


Setelah menonton film anime yang seru, Mara dan Mira mampir ke toko kue dan eskrim di mall. Mereka duduk di salah satu meja sambil menikmati makanan mereka. Mira, yang masih mencoba untuk mengungkapkan perasaannya, memutuskan untuk menjahili Mara dengan lelucon tentang hobi anime-nya.


"Mara, kamu seperti anak kecil suka nonton kartun wibu anime," kata Mira sambil tertawa.


Mara membalas dengan senyuman dan berkata, "Eh, iya, iya. Tapi kan seru!"


Mira hanya mengangguk dan melanjutkan makan es krimnya. Dia berpikir bahwa mungkin, lelucon-lelucon seperti itu bisa membantu Mara menyadari perasaannya.


Kemudian, Mira mendapatkan ide untuk bermain Truth or Dare, permainan yang bisa membawa mereka lebih dekat. Mereka bergantian memilih antara Truth atau Dare, dan saat giliran Mara, dia memilih Truth.


Mira tersenyum licik. "Baiklah, truth. Jadi, siapa orang yang kamu sukai, Mara?"


Mara terdiam sejenak, seolah berpikir keras tentang jawabannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk berbicara dengan jujur. "Ada seseorang yang aku sukai, Mira. Namanya Lusi. Tapi kami belum saling tahu perasaan satu sama lain. Saat ini, aku fokus untuk bekerja keras dan berencana untuk melamarnya suatu hari nanti."


Mira merasa seperti dunianya runtuh. Hatinya sakit, tetapi dia berusaha untuk tetap tegar. Dia tahu bahwa Mara telah menjadi teman yang baik baginya, dan dia tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka.


Mira pun menceritakan pengalamannya sendiri. "Aku juga pernah suka pada seseorang saat kuliah, Putra namanya. Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu memudar."


Percakapan mereka menjadi lebih dalam dan dramatis, memperkuat ikatan persahabatan mereka. Namun, saat ini, keduanya masih tidak menyadari perasaan yang lebih dalam yang mungkin tumbuh di antara mereka.

PlotWishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang