*"Resignation: It's not the end, but a new beginning."* - Unknown
Mara duduk di sebuah kafe yang nyaman di tengah-tengah jam makan siang. Wajahnya tampak serius, dan dia terlihat ragu untuk memulai pembicaraan yang akan datang. Dia tahu bahwa apa yang harus dia katakan akan memiliki dampak besar pada Mira dan Dewi.
Ketika Mira dan Dewi tiba, mereka memesan makanan dan minuman, menciptakan sedikit suasana yang santai. Namun, ketegangan bisa terasa di udara.
Setelah beberapa saat, Mara akhirnya memutuskan untuk berbicara. Dia menatap Mira dan Dewi dengan tegas. "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu berdua."
Mira dan Dewi saling pandang, kemudian memandang kembali Mara dengan penuh perhatian. Mereka merasa ada sesuatu yang serius dalam kata-kata Mara.
Mara mulai berbicara dengan suara yang ragu, "Aku sudah memutuskan untuk pindah kantor."
Mira dan Dewi saling pandang, kedua wajah mereka tampak terkejut. Dewi yang selalu ceria akhirnya mengucapkan, "Ini bercandaan, kan? Kamu tidak serius, Mara."
Namun, ekspresi wajah Mara tetap serius, dan dia menggelengkan kepala. "Maaf, Dewi. Ini bukan bercandaan. Aku benar-benar sudah memutuskan untuk pindah."
Mira menarik napas dalam-dalam, mencoba mencerna berita ini. "Mara, kenapa? Apa yang terjadi? Kami akan merindukanmu di sini."
Mara tersenyum lemah. "Aku juga akan merindukanmu berdua. Tapi ada tawaran pekerjaan yang menggiurkan di kantor lain, dan aku merasa ini saat yang tepat untuk mencoba sesuatu yang baru."
Dewi mencoba untuk tetap ceria. "Nah, kalau begitu, kita harus merayakan langkah baru ini, kan? Nanti kita makan malam bersama, ya?"
Mara tersenyum, terlihat terharu oleh tawaran Dewi. "Tentu, Dewi. Aku akan merindukan makan malam bersama kalian."
Setelah jam makan siang, mereka berjalan bersama ke lobi kantor. Mara memeluk Mira dan Dewi erat. "Terima kasih atas semua kenangan yang luar biasa bersama kalian. Kalian selalu menjadi teman yang luar biasa bagiku."
Dewi membalas pelukan Mara dengan hangat. "Kami juga akan merindukanmu, Mara. Semoga kamu sukses di kantor baru."
Ketika Mara memasuki ruang kantornya untuk yang terakhir kalinya, dia merasa campuran perasaan sedih dan gembira. Dia tahu dia akan merindukan Mira dan Dewi, teman-teman yang selalu ada di sisinya. Sementara itu, di kantor Mira, suasana juga terasa berbeda. Salah satu teman kantornya menggoda Dewi. "Hei Dewi, Aldean dan kamu cocok sekali. Kalian berdua memakai baju dengan nada yang serasi hari ini."
Dewi memutar bola matanya. "Oh, tidak lagi. Itu hanya kebetulan. Aku tahu dia sebenarnya menyukai mira."
Mira terkaget. "Apa? Tidak mungkin. Dia hanya seorang senior baik yang ramah."
Dewi berbisik dengan nada jahil. "Tapi dia selalu menatapmu saat dia berpura-pura melihat ke arahku."
Mira tertawa. "Itu hanya kebetulan, Dewi."
Namun, di balik semua candaan itu, Mira merasa semakin bingung tentang perasaannya sendiri. Hidupnya menjadi semakin rumit, dan dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan sulit dalam waktu dekat.
Sementara itu, Mara terus mempersiapkan dirinya untuk perubahan besar yang akan segera terjadi dalam hidupnya. Pindah kantor akan menjadi langkah yang besar, dan dia berharap itu adalah langkah yang benar untuk masa depannya. Namun, dia juga merasa sedih harus meninggalkan Mira dan Dewi, teman-teman yang selalu ada di sisinya.
-----
Big News : Mara's Dream sedang dalam tahap penulisan

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...