Pameran buku terus berlangsung, dan Mira dan Aldean terus berjalan-jalan di sekitarnya. Mereka berbicara dengan semangat tentang buku-buku favorit mereka dan berbagi cerita tentang penulis-penulis yang mereka kagumi. Percakapan mereka penuh dengan tawa dan interaksi yang nyaman.
Saat berada di salah satu rak buku, Aldean dengan tulus mengatakan, "Aku senang sekali hari ini. Bagi orang yang suka membaca seperti kita, ini benar-benar surga."
Mira setuju sambil tersenyum. "Benar, rasanya seperti berada di dalam dunia yang penuh petualangan."
Tiba-tiba, Aldean membuka ponselnya dan memotretnya dengan cepat. Mira terkejut dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"
Aldean menjawab dengan jujur, "Aku sedang mengirim foto kamu ke ibuku."
Mira memandang Aldean dengan tatapan terkejut. "Kenapa kamu melakukannya? Untuk apa?"
Aldean tersenyum. "Ibuku selalu bertanya kapan aku akan membawa seseorang pulang sebagai calon menantu. Jadi aku pikir aku akan memberikannya tanda-tanda awal."
Awalnya, Mira mengira Aldean bercanda, tetapi kemudian dia merasa bingung. "Apa kamu serius?"
Aldean mengangguk. "Serius. Awalnya hanya candaan, tetapi setelah aku ceritakan kepada ibuku tentang kepribadianmu, dia mulai tertarik."
Mira terdiam. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan dalam situasi ini.
Aldean melanjutkan, "Tentu saja, kamu bisa menolak jika kamu tidak nyaman dengan ide ini. Tapi mungkin ini bisa menjadi peluang yang baik untukmu."
Mira masih terkejut dan hanya berkata dengan canda, "Tanyakan saja ke orang tua ku."
Aldean menjawab dengan nada bercanda, "Baiklah, kapan aku boleh bertamu ke rumahmu dan bertanya langsung pada orang tua kamu?"
Mira tersenyum sambil berpura-pura kesal. "Nanti saja. Aku akan memberi tahu kamu alamat dan waktu yang tepat."
Aldean mengangguk dengan senyuman. "Deal."
Mira pergi sejenak menuju toilet dan dalam kesempatan itu, dia mengirim pesan ke Aldean dengan alamat rumah dan waktu yang tepat untuk berkunjung.
Kemudian, Mira kembali bergabung dengan Mara, Dewi, dan Yesnu yang sedang asyik melihat-lihat buku. Dewi dengan kesal berkata, "Kemana saja kamu, Mira? Kami hampir khawatir kamu terjebak di dalam buku-buku ini."
Mira hanya tersenyum misterius. "Aku hanya sedang mengurus sesuatu."
Mereka melanjutkan keliling pameran buku, menemukan banyak buku menarik, dan terlibat dalam percakapan lucu dan komedi tentang preferensi membaca mereka.
Tiba-tiba, seseorang berseragam dengan kamera di sekitarnya muncul di hadapan mereka. Itu adalah Anggie, teman kuliah Mira, Mara, Dewi, dan Yesnu. Dia membawa kamera profesionalnya dan tersenyum lebar saat melihat teman-temannya.
Anggie berseru dengan antusias, "Hei, apa kabar, semua orang?"
Mara, Dewi, Mira, dan Yesnu bersorak kecil dan langsung berlari mendekat untuk memberi pelukan pada Anggie. Mira berkata dengan senyum ceria, "Kami sangat senang melihatmu di sini!"
Anggie membalas pelukan teman-temannya dengan hangat. "Aku juga senang bisa bertemu kalian lagi setelah begitu lama. Ini adalah pameran buku yang hebat, bukan?"
Mara mengangguk. "Iya, kita baru saja menikmati hari yang menyenangkan di sini."
Anggie menunjukkan kameranya. "Bagaimana kalau kita mengabadikan momen ini dengan foto?"
Semua setuju, dan mereka berkumpul bersama, tersenyum dan berpose dengan gembira di depan kamera Anggie. Anggie dengan cermat mengambil beberapa foto indah dari teman-temannya, membuat momen ini terabadikan dengan sempurna.
Saat mereka melihat hasil foto-foto tersebut di layar kamera, mereka tertawa dan berbicara tentang kenangan-kenangan masa kuliah mereka yang indah. Anggie menceritakan tentang pekerjaannya sebagai fotografer dan bagaimana dia selalu mencari momen-momen berharga untuk diabadikan.
Setelah berbicara sebentar, Anggie mengundang mereka untuk makan malam bersama di salah satu restoran favorit mereka dari zaman kuliah. Mira, Mara, Dewi, dan Yesnu dengan senang hati menerima undangan tersebut, dan mereka berencana untuk melanjutkan hari yang menyenangkan ini dengan makan malam yang lezat dan lebih banyak cerita yang diceritakan.
Percakapan seru dan ceria terus berlanjut seiring dengan foto-foto yang mereka lihat bersama. Pertemuan dengan Anggie menjadi momen yang tak terlupakan, dan teman-teman lama ini berbagi tawa dan cerita-cerita mereka dengan antusias, menunjukkan bahwa persahabatan mereka masih kuat setelah semua perubahan dalam hidup mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Roman pour Adolescents"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...