Enam bulan setelah peristiwa di Wish Room, Mara, Yesnu, dan Anggie duduk di taman yang teduh dekat kampus mereka. Mereka mengatur piknik kecil sebagai perayaan atas keberhasilan menyelesaikan proyek portofolio. Anggie, yang bergabung dengan tim di tengah proyek, memberikan sentuhan desain yang luar biasa pada konten dan aplikasi.
Mara tersenyum puas sambil menatap layar ponsel, memamerkan aplikasi yang mereka buat. "Ini benar-benar luar biasa, teman-teman. Proyek ini pasti akan menjadi poin plus besar dalam portofolio kami."
Yesnu mengangguk setuju, "Iya, Anggie, kamu luar biasa dalam menyempurnakan desainnya. Terima kasih telah bergabung dengan kita."
Anggie tersenyum rendah. "Sama-sama, teman-teman. Aku senang bisa membantu. Ini juga pengalaman yang bagus buatku."
Mara, yang sedang memeriksa pesan di ponsel, tiba-tiba tersenyum lebar. "Hei, Mira, ingatkan kamu tentang tawaran pekerjaan yang aku terima beberapa bulan yang lalu? Aku akan bergabung dengan perusahaan itu minggu depan."
Mira mengangkat alisnya, bersemangat untuk mendengar kabar baik dari saya. "Wow, selamat, Mara! Itu adalah berita hebat. Apa pekerjaanmu?"
Mara menjawab dengan bangga, "Aku akan menjadi manajer produk di sana. Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan."
Mira, Yesnu, dan Anggie memberikan ucapan selamat pada Mara. Mira merasa senang atas kesuksesan Mara, tetapi juga merasa agak sedih karena mereka akan berpisah nanti.
Di tengah obrolan mereka, Mara dengan tiba-tiba mulai menggoda Mira sambil bercanda, "Nah, Kau harus besiap suatu hari nanti kau harus memanggilku 'Bos Mara' setiap kali kita bertemu."
Semua tertawa mendengar ejekan Mara. Mira merasa sedikit tersentuh.
Ketika tawa mereka mereda, Yesnu memberikan saran, "Kita harus merayakan keberhasilan kita dengan lebih banyak makanan dan minuman! Aku siap memesan makanan favorit kalian!"
Anggie mengangkat alisnya dengan senyum lebar. "Bagaimana dengan pizza? Saya memiliki tempat yang sangat baik di sekitar sini."
Mereka semua setuju, dan sambil menikmati hidangan lezat dan minuman yang mereka pesan, mereka mengobrol tentang masa depan, mimpi, dan rencana mereka. Meskipun mereka akan menghadapi perubahan besar dalam hidup mereka, persahabatan mereka tetap kuat, dan mereka tahu bahwa kami akan selalu saling mendukung.
Mara masih merenung tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di Wish Room dan perasaannya yang terpendam untuk Lusi. Tetapi di antara teman-teman saya, saya merasa bahwa saya tidak sendiri dalam perjalanan ini, dan masa depan yang belum pasti penuh dengan kemungkinan.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...