Kantor hari itu dipenuhi dengan keramaian. Mira harus memberikan presentasi penting tentang proyek terbaru yang sedang berjalan. Dia berdiri di depan ruangan, berbicara dengan percaya diri, dan menjelaskan setiap detail dengan baik. Namun, matanya tak sengaja bertemu dengan Aldean yang duduk di barisan terdepan.
Aldean, seorang senior yang diam-diam memperhatikan Mira, sekarang semakin sulit untuk menyembunyikan perasaannya. Dia seharusnya fokus pada presentasi Mira, tetapi matanya terus terarah pada Mira. Mira sendiri mencoba untuk tidak terlalu terganggu, meskipun dia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dalam pandangan Aldean.
Aldean tidak bisa berhenti menatap Mira. Matanya selalu mengikuti gerak-geriknya dengan perhatian mendalam, dan Mira merasa agak terganggu oleh perhatian yang begitu jelas itu. Namun, dia mencoba untuk tetap fokus pada presentasinya.
Saat sesi tanya jawab dimulai, Dewi mengangkat tangan dan mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Pertanyaannya adalah pertanyaan yang sangat penting dan harus dijawab oleh Aldean. Namun, Aldean terlihat bingung dan tidak siap untuk menjawabnya.
Dewi mulai kehilangan kesabaran dan akhirnya melempar pertanyaan itu kepada Aldean. "Aldean, apa pendapatmu tentang ini?"
Aldean tampak bingung, dan wajahnya memerah. "Maaf, Dewi, aku tidak begitu paham materinya."
Dewi, yang selalu ceria, mulai kehilangan kesabarannya. "Darn it, Aldean! Ini adalah hal dasar yang sudah harus kamu kuasai!" Dewi kesal, berusaha untuk tidak berbicara terlalu keras, menghindari mengganggu presentasi Mira.
Reaksi Dewi ini memicu tawa beberapa teman kantor yang berada di ruangan itu. Salah satu teman menggoda, "Sudah-sudah, kalian berdua, jangan bawa masalah rumah tangga ke kantor."
Mira hanya tertawa melihat situasi yang agak kacau ini. Setelah presentasi selesai, dia kembali ke meja kerjanya untuk memeriksa ponselnya. Tidak butuh waktu lama sebelum dia menerima pesan dari Mara, yang mengundangnya untuk berkunjung ke pameran buku di Gramedia akhir pekan ini dan mengajak Dewi jika dia mau. Mira dengan antusias mengajak Dewi, dan mereka merencanakan untuk menghadiri acara itu bersama.
Setelah itu, Aldean mendekati meja Dewi dengan wajah yang penuh penyesalan. "Maafkan aku, Dewi. Aku seharusnya lebih fokus pada pertemuan tadi."
Dewi cuek dengan permintaan maaf Aldean dan hanya menanggapi, "Ya, semoga next time kamu lebih fokus."
Aldean merasa tertekan dan kembali ke mejanya dengan perasaan yang campur aduk. Dia tahu bahwa dia harus lebih fokus pada pekerjaannya, tetapi Mira adalah gangguan yang sulit dihindari.
Sementara itu, Mira dan Dewi terus merencanakan kunjungan mereka ke pameran buku bersama-sama, dengan banyak tawa dan candaan khas mereka. Meskipun situasi di kantor menjadi semakin rumit, mereka berdua berusaha menjaga semangat yang ceria.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...