Mira's Story : Mira's Inner Conflict

1 0 0
                                    



Percakapan di toko kue dan es krim hari itu membebani hati Mira. Dia merasa seperti ada beban besar yang harus dia tanggung. Selama berbulan-bulan, dia telah berjuang untuk menunjukkan perasaannya pada Mara, meskipun tanpa kata-kata yang jelas. Namun, dengan pengakuan Mara tentang perasaannya pada Lusi, semuanya menjadi semakin rumit.


Mira dan Mara terus bertemu setiap hari di kantor, tetapi suasana antara mereka menjadi lebih tegang. Mira merasa seperti dia harus menjaga jarak, meskipun hatinya berteriak untuk mendekati Mara. Setiap tatapan, setiap senyuman, setiap kalimat, semuanya menjadi semakin sulit bagi Mira untuk ditahan.


Dia terus memanggil Mara dengan sebutan "Maree," tetapi Mara hanya membalas dengan "Imir" sambil tersenyum, seolah-olah tidak menyadari makna di balik panggilan itu. Mira berusaha lebih keras lagi, merias dirinya dengan lebih baik, memakai sepatu hak yang elegan, dan memberikan senyuman lembut saat bertemu. Tetapi meski semua usahanya, Mara masih belum sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.


Kantor mereka yang berdekatan memberikan kesempatan untuk bertemu dan berbagi pengalaman. Mira dan Mara sering makan siang bersama, berangkat dan pulang kerja bersama, baik dengan motor maupun LRT. Itu semua adalah momen berharga bagi Mira, tetapi juga merupakan siksaan karena dia merasa semakin terjebak dalam perasaannya sendiri.


Satu hari, ketika mereka sedang duduk di LRT menuju rumah, Mira memutuskan untuk mencoba lagi. Dia menatap mata Mara dengan tekad dalam hati, lalu bertanya, "Maree, apa yang kamu cari dalam seorang pasangan?"


Mara memandang Mira, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Hmm, pertanyaan yang menarik. Aku pikir aku mencari seseorang yang bisa menjadi teman sejati, seseorang yang bisa aku andalkan dan bersenang-senang bersama."


Mira mengangguk, "Aku juga mencari hal yang sama, Maree. Seseorang yang bisa menjadi teman sejati, seseorang yang selalu ada untukku, seseorang yang bisa membuatku tersenyum setiap hari."


Mara tersenyum, sepertinya dia merasa senang dengan jawaban Mira. "Aku beruntung memiliki teman seperti itu dalam hidupku."


Mira merasa sedikit lega, tetapi juga sedih. Apa pun yang dia coba, Mara masih belum memahami perasaannya. Dia terus bertahan, berharap bahwa suatu hari, Mara akan melihat lebih dari sekadar teman dalam dirinya.

PlotWishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang