Suasana sore itu terasa hangat di rumah makan Padang langganan mereka. Mira dan Dewi duduk di meja, menunggu dengan perasaan lapar sambil sesekali melirik ke pintu masuk. Mara, seperti biasanya, terlambat. Dewi menggelengkan kepala dengan kesal.
"Kemana dia lagi?" kata Dewi, merutuki keterlambatan Mara. "Mungkin dia kesasar lagi atau terjebak macet."
Mira tertawa pelan. "Jangan menggodanya terlalu keras, Dew. Kamu tahu dia selalu membutuhkan waktu ekstra."
Tepat saat itu, pintu rumah makan terbuka, dan Mara masuk dengan senyum lebar. Dia menghampiri meja mereka dan memeluk Mira serta Dewi. "Maaf, saya terlambat lagi, ladies. Saya berjanji akan berubah, tapi sepertinya kekuatan gravitasi bumi selalu bekerja melawan saya."
Dewi menggoda, "Tenang saja, Mara. Kami hanya mengkhawatirkan Anda masuk ke dalam lubang hitam."
Semua tersenyum, dan mereka duduk di meja yang sudah dipersiapkan dengan berbagai hidangan lezat yang tersebar di atasnya.
Setelah mereka memesan makanan, Mara tampak serius. "Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Saya mendapat tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan yang cukup menarik."
Mira dan Dewi menatap Mara dengan rasa penasaran. "Oh? Ceritakan lebih lanjut," kata Dewi.
Mara menjelaskan, "Jadi, perusahaan ini menawarkan posisi yang sangat menggiurkan, gaji yang tinggi, dan peluang pengembangan karier yang besar. Tapi satu-satunya masalahnya adalah lokasinya yang cukup jauh dari kantor ini."
Mira merasa berdebar. Dia tidak suka mendengar tentang Mara pindah lebih jauh. "Jauhnya seberapa, Mara?"
Mara menjawab, "Kantor baru itu berada di luar kota, sekitar dua jam perjalanan dengan mobil. Ini artinya, gue akan pindah dan tidak bisa lagi jadi ojek pribadi kalian."
Dewi tertawa. "Oh, jadi kamu hanya bertanya pada kami apakah kamu harus menerima tawaran tersebut hanya karena tak bisa jadi supir ojek gue lagi?"
Mara bergabung dengan tawa Dewi. "Bukan hanya itu, Dew. gue juga akan merindukan makan siang dengan kalian berdua di rumah makan Padang ini."
Mira tersenyum tipis. Meskipun dia gembira untuk kemungkinan perkembangan karier Mara, pikirannya masih tertuju pada fakta bahwa mereka akan lebih terpisah jauh.
Dewi, yang selalu bisa mencari humor dalam situasi apa pun, menggoda Mara lagi, "Jadi, lu akan traktir kami makanan Padang untuk menggantikan semua makanan siang yang akan kami lewatkan, ya?"
Mara berpikir sejenak dan kemudian setuju sambil tersenyum. "Tentu saja, Dew.gue akan traktir kalian sepuasnya sebelum aku pergi."
Percakapan mereka menjadi lebih ceria, dengan candaan dan tertawaan yang mengalir. Meskipun hati Mira sedikit sedih karena berpikir tentang kepergian Mara, dia tidak ingin menunjukkan perasaannya yang sebenarnya.
Namun, saat hari berakhir, setelah mereka menikmati hidangan lezat di rumah makan Padang dan mengucapkan selamat tinggal kepada Mara, Mira merasa terpukul oleh kenyataan yang akan datang. Mereka akan terpisah, dan dia harus menemukan cara untuk menghadapinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...