*"Love is not about how many days, months, or years you have been together. Love is about how much you love each other every single day."*
suasana yang mendalam dan penuh makna dalam rumah Mir. Aldean telah datang ke rumah Mira untuk melamar gadis yang telah lama mengisi hatinya. Dia membawa cincin yang diletakkan dengan hati-hati dalam kotak kecil berwarna merah muda.
Aldean duduk bersama dengan Bapak Mira di ruang tamu mereka, menunggu dengan hati yang penuh harap. Mira, yang berada di kamar, merasa jantungnya berdegup kencang. Ini adalah momen yang sudah lama dia nantikan.
Di kamar Mira, ibunya memberikan sentuhan terakhir pada gaun yang akan dikenakannya. "Semua akan baik-baik saja, Nak. Aldean adalah pria yang baik."
Mira tersenyum pada ibunya dan menjawab, "Aku tahu, Ibu. Aku sangat bahagia."
Di ruang tamu, Bapak Mira memulai percakapan dengan Aldean. "Kamu tahu, Aldean, Mira adalah satu-satunya anak kami. Kami sangat mencintainya dan selalu ingin yang terbaik untuknya. Apakah kamu yakin kamu siap untuk bertanggung jawab dan menjaga hatinya dengan baik?"
Aldean menjawab dengan penuh keyakinan, "Saya sangat mencintai Mira, Pak. Saya akan menjaganya dengan sebaik-baiknya, dan saya akan selalu berusaha menjadi suami yang baik."
Bapak Mira kemudian mengajukan serangkaian pertanyaan sesuai dengan syariat Islam tentang niat dan persiapan pernikahan. Aldean menjawabnya dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan.
Setelah itu, Bapak Mira mengajak Aldean mengaji beberapa ayat dari Al-Qur'an. Aldean, meskipun bukan seorang ahli agama, telah mempelajari dasar-dasar Islam dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik.
Setelah selesai, Bapak Mira memanggil Mira untuk bergabung dengan mereka. Dia ingin memastikan bahwa putrinya juga merasa nyaman dengan keputusan ini.
Mira keluar dari kamarnya dengan gaun cantiknya, wajahnya berseri-seri. Aldean tersentak oleh kecantikan Mira saat dia melihatnya. Ini adalah momen yang dia tunggu-tunggu.
Ibunya Mira tersenyum dan memberikan pelukan singkat padanya. "Semoga bahagia, Nak."
Mira mengangguk dan kemudian bergabung dengan Aldean dan ayahnya di ruang tamu.
Sementara itu, ibu Mira dan ibu Aldean berbincang-bincang dengan hangat, mencoba menciptakan suasana yang lebih santai.
Bapak Mira bertanya kepada Mira dengan lembut, "Nak, apakah kamu mau menerima lamaran dari Aldean?"
Mira tersenyum dengan lembut dan menjawab, "Ya, Ayah. Saya menerimanya."
Aldean tersenyum dengan bahagia, merasa lega karena mendengar jawaban Mira. Mereka berdua saling berpegangan tangan dan tersenyum satu sama lain.
Namun, suasana tidak lama tetap serius, karena Bapak Mira melanjutkan dengan beberapa pertanyaan lagi sesuai syarat lamaran. Namun, dia tidak bisa menahan senyum saat melihat ekspresi tegang mereka yang segera berganti menjadi senyuman.
Setelah selesai dengan proses formal ini, suasana menjadi lebih santai. Mereka duduk bersama di ruang tamu, berbicara tentang rencana masa depan mereka, tertawa, dan bahkan mengenang kenangan-kenangan lucu bersama.
Ibu Mira dan ibu Aldean tertawa melihat betapa bersemangatnya kedua anak muda ini. Ibu Mira berkata kepada ibu Aldean, "Sepertinya pernikahan mereka akan menjadi pernikahan yang penuh kebahagiaan."
Ibu Aldean menjawab dengan tulus, "Semoga begitu."
Suasana semakin hangat, dan mereka berdua merencanakan pernikahan yang akan datang dengan antusias. Aldean bertanya pada Mira, "Bolehkah aku bertamu ke rumahmu untuk menanyakan izin kepada orangtuamu secara resmi?"
Mira tersenyum dan menjawab dengan candaan, "Tentu saja, Aldean. Tapi hanya jika kamu siap dengan segala candaan dan tanya jawab mereka!"
Aldean tertawa dan setuju. "Aku siap menghadapinya, asalkan aku bisa mendapatkan ijinmu."
Mira tersenyum lebih serius kali ini dan mengangguk. "Kamu sudah mendapatkannya, Aldean."
Momen ini penuh dengan rasa bahagia, tawa, dan candaan. Keputusan mereka untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan adalah awal dari bab
ak baru dalam hidup mereka, dan mereka berdua penuh harap untuk masa depan yang cerah bersama-sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...