Mara telah menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan teman-temannya di kolam renang, tertawa, bermain, dan bahkan mengikuti perlombaan renang yang seru. Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang tak terduga dan menakutkan.
Saat sedang bermain-main di kolam renang, tiba-tiba saja, sesuatu yang mengerikan terjadi. Mara terseret ke bawah permukaan air oleh arus yang kuat dan tidak dapat berenang ke atas. Pandangannya berputar-putar, dan rasa panik merasuki tubuhnya saat dia berusaha keras untuk mencari udara.
Tetapi, saat itu juga, segalanya berubah. Mara merasa seperti dia terhisap ke dalam lubang gelap yang tak berujung, dan seluruh dunia seolah-olah menghilang. Saat dia tenggelam lebih dalam ke dalam ketidaknyamanan, tiba-tiba dia merasa seperti melayang di angkasa, mengalami sensasi yang aneh dan belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Mara mendapati dirinya berada dalam sebuah ruangan yang sangat aneh. Awalnya, semuanya gelap, kecuali satu kursi berwarna putih yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Kesunyian yang menyeramkan mengelilinginya.
Tanpa ragu, Mara mendekati kursi itu dan duduk di atasnya. Saat dia duduk, sesuatu yang ajaib terjadi. Ruangan gelap itu berubah menjadi putih bersih, dan di depannya, seorang meja kantor dengan laptop putih muncul. Di samping meja, ada sebuah pintu yang terbuka lebar.
Mara merasa bingung dan takut, tetapi sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, sosok putih bayangan muncul di depannya. Bayangan itu bercahaya seperti dirinya sendiri, tetapi tampak lebih bijaksana dan misterius.
"Selamat datang di Wish Room, Mara," kata bayangan itu dengan suara yang tenang dan misterius. "Aku adalah pemilik perusahaan ini, dan kamu adalah manajer yang menentukan jalanmu sendiri. Ruangan ini adalah tempat untuk merenungkan pilihan dalam kehidupan nyata."
Mara terdiam, mencoba memproses semua yang terjadi. Dia tak bisa percaya matanya. "Apa ini? Apa yang terjadi?"
Bayangan itu tersenyum dan menjawab, "Ini adalah kesempatan untuk memikirkan pilihan-pilihan besar dalam hidupmu, Mara. Pertama, apa yang akan kamu lakukan setelah lulus? Apakah proyek bersama Mira, Yesnu, dan Anggie akan berhasil? Dan apa cita-citamu sebenarnya?"
Mara merasa seperti seluruh hidupnya sedang dihadapkan kepadanya dalam satu momen. Dia tahu bahwa dia memiliki banyak impian dan rencana, termasuk memulai startup-nya sendiri, tetapi dia juga sadar bahwa dia perlu pengalaman yang lebih luas. Dia terlalu bingung untuk menjawab.
Namun, bayangan itu tidak memberikan waktu padanya untuk merenung terlalu lama. "Dan bagaimana dengan cinta, Mara? Apakah perasaanmu terhadap Lusi masih ada? Apakah kamu akan mengungkapkannya?"
Mara menghela nafas, mengingat rasa cinta diam-diamnya pada Lusi. Dia juga bertanya-tanya apakah Lusi masih sendirian atau telah menemukan seseorang yang baru. Pertanyaan ini membuatnya merasa bingung dan gelisah.
Bayangan itu melanjutkan, "Selalu ada pilihan dalam hidup, Mara. Bagian terpenting adalah bagaimana kamu memilihnya dan apa yang akan kamu lakukan selanjutnya."
Mara merasa terombang-ambing dalam pertanyaan-pertanyaan ini, dan sebelum dia bisa memberikan jawaban atau mengajukan pertanyaan lain, semuanya tiba-tiba berubah. Ruangan itu mulai memudar, dan Mara merasa seperti dia sedang ditarik keluar dari dimensi itu.
Tiba-tiba, dia terbangun di kamarnya yang nyaman, berbaring di tempat tidur yang empuk. Dia merasakan bau harum dari lilin-lilin yang dinyalakan di sekitar kamarnya. Saat dia melihat ke jendela, dia menyadari bahwa matahari pagi yang hangat sedang bersinar cerah di luar.
Mara meraih ponselnya dan memeriksa tanggal. Dia kaget mengetahui bahwa sekarang adalah hari yang berbeda dari hari ketika dia pergi ke kolam renang dengan teman-temannya. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia bisa berada di kamarnya sekarang.
Tidak hanya itu, dia juga mendapati bahwa dia memiliki beberapa pesan yang belum terbaca di ponselnya. Pesan-pesan itu berasal dari Yesnu, Anggie, dan Mira. Mara segera membacanya dan mengetahui bahwa dia sudah melewati satu hari penuh tanpa dia sadari.
Dengan rasa heran dan ketidakpastian, Mara mulai menggali lebih dalam. Dia membuka emailnya dan menemukan kabar baik: tawaran untuk bekerja sebagai manajer produk di salah satu perusahaan IT terkemuka. Kecemasan dan keraguan mengenai masa depannya masih ada, tetapi setidaknya dia tahu bahwa ada peluang yang menantinya.
Mara duduk di atas tempat tidurnya, merenungkan pengalaman aneh yang baru saja dia alami. Apa itu Wish Room, dan apa pesan yang ingin diberikan padanya? Pertanyaan-pertanyaan itu akan menghantuinya selama beberapa waktu, tetapi dia juga merasa bahwa jawabannya akan dia temukan seiring berjalannya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...