Oh, entah sampai kapan ku diam membisu
Kala ku di hadapanmu
Oh, mungkinkah ini cinta?
~ Membisu, Rizky Febian
Sehari setelah wisuda, sinar matahari yang cerah menghiasi langit kota. Mira, Putra, Ferlia, Nysa, Juliet, dan Mara berkumpul di sebuah kafe siang hari. Mereka memilih tempat ini untuk merayakan kesuksesan mereka dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya dalam hidup.
Mara membawa temannya, Yesnu dan Anggie, yang juga ingin merayakan hari spesial ini bersama mereka. Nysa, Juliet, dan Anggie membawa laptop mereka, sibuk dengan revisi tugas akhir mereka yang masih belum selesai. Dengan menuangkan kopi, mereka duduk di meja bundar, sementara aroma kopi yang harum mengisi ruangan.
Di tengah momen itu, Dewi dan Dirfan tiba-tiba muncul, membuat kejutan bagi semua orang. Dewi tersenyum lebar, dan Dirfan ikut tersenyum mengikuti. "Selamat atas kelulusan kalian, teman-teman! Kami bangga padamu," kata Dewi, berbicara atas nama mereka berdua.
Mira tersenyum dan berterima kasih kepada Dewi dan Dirfan, tetapi di dalam hatinya, ada perasaan yang terpendam yang tak pernah ia ungkapkan kepada Putra. Mira masih menyimpan cinta rahasia pada sahabatnya itu, dan ia takut untuk mengungkapkannya.
Putra, yang duduk di sebelah Mira, mengetahui bahwa ada sesuatu yang mengganggu temannya. Ia suka menggoda Mira dan mencoba membuatnya tersenyum. "Mira, kenapa wajahmu begitu serius? Ini hari bahagia, lho!"
Mira menatap Putra dengan mata yang penuh cinta, tetapi ia berusaha menyembunyikan perasaannya. "Tuan malu kian menyapa, seakan hentikan langkahku, tenggelam dalam pesonamu."
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah, mungkin," jawab Mira, berusaha menjaga rahasianya.
Ferlia, yang duduk di sisi lain Mira, mengetahui persis apa yang terjadi. Ia tersenyum penuh pengertian pada Mira, lalu berkata, "Jangan pernah ragu untuk berbicara kepada kami, Mira. Kami selalu ada di sini untukmu."
Percakapan mereka berlanjut dengan nuansa dramatis dan romantis, meskipun Mira terus menyimpan perasaannya pada Putra dalam hatinya. Putra terus menggoda Mira dengan lelucon-lelucon ringan, tetapi dalam benaknya, ia merasa ada sesuatu yang tidak biasa.
Juliet, Nysa, dan Anggie sibuk dengan laptop mereka, kadang-kadang tertawa karena komentar-komentar lucu yang diucapkan oleh teman-teman mereka yang lain. Ferlia terus mempermainkan Putra, sementara Mara dan Yesnu berbagi rencana masa depan mereka dengan penuh semangat.
Dalam keheningan yang singkat, Mira melihat ke arah Putra. "Putra, kamu benar-benar akan menjadi penerbit buku, kan?"
Putra tersenyum lebar, "Tentu saja, Mira! Itu adalah impianku sejak lama."
"Kucoba 'tuk mengerti mengapa dengan hati ini, bergetar jiwa kala ku di dekatmu, rasa yang menggebu-gebu serasa kaulah milikku, bertekuk lutut kala ku di dekatmu," gumam Mira dalam hati, mengalami perasaan yang begitu kuat.
Mira mengangguk, berusaha mengatasi perasaannya yang bergejolak. "Aku yakin kamu akan sukses. Aku akan selalu mendukungmu."
Putra tersentuh dengan kata-kata Mira, meskipun ia masih tidak menyadari perasaan rahasia yang dimiliki Mira. "Terima kasih, Mira. Kamu selalu menjadi teman yang baik."
Percakapan mereka berlanjut, penuh dengan perasaan yang terpendam, tetapi tetap hangat dan penuh canda tawa. Setiap orang merasa bersyukur atas persahabatan mereka yang kuat, meskipun ada rasa yang belum terungkap. Suasana kafe penuh dengan emosi dan cinta yang tersembunyi di antara teman-teman ini, menciptakan momen yang tak terlupakan dalam hidup mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...