Mira semakin dekat dengan Mara sejak mereka bekerja di kantor yang berdekatan. Mereka menjadi teman yang akrab, berkumpul untuk makan siang bersama hampir setiap hari. Kantor Mira dan kantor Mara memang berdekatan, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama dan berbagi pengalaman mereka sebagai karyawan baru.
Suatu hari, saat mereka sedang makan siang di salah satu restoran favorit mereka, Mira dan Mara membahas pengalaman mereka di kantor masing-masing. Mira dengan penuh semangat berkata, "Terkadang, aku merasa seperti anak baru di kantor. Semua orang begitu berpengalaman, dan aku harus banyak belajar."
Mara tertawa. "Itu adalah perasaan yang sama yang kurasakan. Tapi jangan khawatir, Mira. Kamu pasti akan beradaptasi dengan cepat. Sekarang, ceritakan padaku, ada lelucon apa yang kamu dengar di kantor?"
Mira tersenyum. "Oh, ada satu lelucon yang sangat lucu. Seseorang berkata, 'Kita adalah generasi yang terbiasa dengan Ctrl + Z, jadi ketika kita membuat kesalahan di dunia nyata, kita merasa sangat kebingungan.'"
Mara tertawa lebih keras. "Itu benar sekali! Dan ada juga lelucon yang beredar di kantor kami. 'Kenapa burung tidak pernah diundang ke pertemuan?'"
Mira mengernyitkan dahi. "Kenapa?"
Mara menjawab dengan senyum, "Karena mereka selalu berbicara tentang tweet-nya!"
Keduanya tertawa bersama-sama. Mira merasa nyaman dan bahagia saat bersama Mara. Namun, di balik semua kebahagiaan ini, ada perasaan yang masih membingungkan Mira.
Ini pertama kalinya Mira pergi keluar hanya berdua dengan seorang pria, yaitu Mara. Sebelumnya, dia belum pernah melakukannya dengan lelaki mana pun. Namun, Mara tidak terlalu peka terhadap rasa cemas Mira. Baginya, Mira adalah teman yang akrab, dan itu saja.
Mira dan Mara juga sering berangkat atau pulang bersama, terkadang dengan kereta LRT dan kadang-kadang berboncengan dengan motor Vespa milik Mara. Suatu hari, ketika mereka sedang duduk di dalam LRT, Mira mencoba membuka hatinya kepada Mara tentang masa lalunya dan portofolionya yang lalu.
"Mara," ucap Mira dengan ragu, "Aku ingin berterima kasih padamu, tahu? Karena kamu yang mengajakku untuk bergabung denganmu dalam proyek portofolio itu. Tanpa itu, aku mungkin tidak akan mendapatkan pekerjaan ini di kantor Dewi."
Mara tersenyum lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Mira. Kamu punya potensi yang luar biasa, dan aku hanya melihat itu. Selain itu, kita teman, kan? Teman membantu satu sama lain."
Mira merasa haru dan tersenyum. Meskipun pertemanan mereka masih hanya sebagai teman, Mira merasa bahwa dia memiliki dukungan yang besar dari Mara. Mungkin, di masa depan, ada jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganggunya. Tetapi untuk saat ini, dia hanya ingin menikmati perjalanan bersama teman-temannya dan menghadapi masa depan dengan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...