"Ketika hati bicara, bahasa tubuh menjadi tafsirannya." - Unknown
Mira merasa semakin nyaman dengan perasaannya terhadap Mara. Setiap hari yang mereka habiskan bersama terasa lebih istimewa. Saat akhir pekan tiba, Mara mengajak Mira pergi berdua ke sebuah pameran seni yang sedang berlangsung di kota mereka.
Saat mereka berdua berjalan-jalan di sekitar galeri, Mira tidak bisa menahan tawanya saat melihat beberapa karya seni abstrak yang agak aneh. Dia mendekati satu lukisan yang terlihat seperti coretan acak dan berkata dengan nada manja, "Mara, apa yang kamu pikirkan tentang karya seni ini? Aku yakin aku bisa melukis yang lebih baik daripada ini!"
Mara terkekeh, "Oh, benarkah? Ayo, tunjukkan padaku kemampuan senimu yang luar biasa, Imir!"
Mira menyadari bahwa kata-kata tersebut hanya membuat mereka semakin dekat satu sama lain, dan dia merasa hangat melihat senyum Mara yang penuh kebahagiaan.
Setelah berkeliling di galeri, mereka memutuskan untuk makan siang di sebuah warung pecel lele kaki lima. Saat mereka duduk dan siap untuk makan, Mara dengan lembut mengambilkan sendok untuk Mira dan membersihkannya dengan tisu. Mira terkejut dengan tindakan perhatian tersebut dan tersenyum manis. "Terima kasih, Maree."
Mara membalas, "Tentu saja, Imir. Aku selalu ingin memastikan bahwa kamu merasa nyaman dan bahagia."
Percakapan mereka selalu diwarnai dengan komedi. Saat Mara sedang makan, Mira mencibir dengan lembut, "Tahu, Maree, kamu itu sangat berlebihan dan perfeksionis saat makan. Redflag besar!"
Mara membalas dengan nada bercanda, "Oh, jadi itu redflag-ku? Tapi ingat, Imir, kamu juga punya keanehan sendiri."
Mira tertawa, "Iya, iya, aku tahu. Tapi kamu lebih lucu saat kamu sedang berlebihan."
Saat mereka semakin akrab satu sama lain, Mira mulai memanggil Mara dengan sebutan "Maree." Meskipun awalnya Mara hanya menganggapnya sebagai lelucon, namun dia membalas dengan mengubah nama Mira menjadi "Imir." Namun, meskipun Mira memberikan kode-kode cinta secara halus, Mara masih belum peka terhadap perasaan Mira yang lebih dalam.
Mira mulai merias dirinya dengan lebih baik, memakai sepatu hak, dan selalu tersenyum manis saat bersama Mara. Namun, Mara masih belum menyadari bahwa ini semua adalah tanda-tanda perasaan Mira yang lebih dalam. Mira ingin melakukannya secara perlahan dan lembut, karena dia adalah perempuan yang agamis dan alim. Dia ingin mengungkapkan perasaannya dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilainya.
Namun, meskipun mereka berdua masih berteman dengan baik dan saling menghormati, Mira tahu bahwa suatu saat nanti, dia akan harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya dengan lebih jelas. Dan sementara itu, dia bersyukur atas persahabatan mereka yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
أدب المراهقين"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...