Mira duduk sendirian di ruangan Wish Room, tenggelam dalam pemikiran. Di sebelah kirinya, Putra berdiri dengan tenang, sementara di sebelah kanannya, Mara juga menatapnya dengan lembut. Mira merasa tertekan, seperti dalam sebuah pengadilan di mana dia harus membuat keputusan besar.
Bayangan Mira yang muncul bertanya dengan penuh dramatis, "Keluargamu sudah meminta kamu untuk menikah, bukan? Jika kamu bisa memilih, kamu ingin bersama siapa? Putra atau Mara?"
Mira mengingat masa kuliahnya bersama Putra, saat-saat mereka bersama dan perasaan yang masih tersimpan dalam hatinya. Kemudian, matanya beralih ke Mara, mengingat momen-momen manis bersama dengan proyek yang mereka selesaikan dan perjalanan di tengah hujan.
Mira menjawab dengan mantap, "Hal seperti ini sudah berulang. Jika aku memilih salah satu dari mereka, pasti yang lain akan pergi. Keluargaku memang sudah meminta aku menikah, tapi aku selalu berdoa agar Tuhan memberikan yang terbaik, siapapun dia nanti. Aku tidak meminta banyak, yang penting semoga dia yang setia dan menyayangi keluargaku."
Bayangan Mira kembali bertanya dengan penuh ketegangan, "Jadi, siapa yang kamu pilih?"
Mira menjawab dengan tegas, "Aku memilih diriku sendiri saat ini. Aku ingin fokus mengembangkan diri dan mengejar karierku. Soal jodoh, seiring berjalan waktu nanti juga akan berjalan. Aku percaya itu."
Momen dalam Wish Room sangat tegang dan dramatis, dan keputusan Mira sangat kuat terasa dalam hatinya.
Pagi harinya, Mira, Dewi, Mara, dan Yesnu berkumpul untuk pergi ke pameran buku di Gramedia. Mara mengajak Yesnu karena tahu bahwa Yesnu sangat tertarik pada dunia tulis-menulis, meskipun dia belum mendapatkan pekerjaan dalam bidang itu.
Mereka menikmati berkeliling di pameran buku yang penuh dengan berbagai judul menarik. Mara bercerita bahwa seharusnya Anggie, teman mereka yang seorang fotografer, juga akan hadir di acara ini, tetapi mereka belum melihatnya.
Ketika mereka sedang asyik melihat-lihat buku di salah satu stan, tiba-tiba mereka terkejut karena melihat Putra bekerja di salah satu penerbitan buku yang memiliki stan di sana.
Mara, Dewi, dan Yesnu dengan gembira menyapanya. Mira merasa kikuk, tetapi tetap tersenyum sopan.
Mara bertanya kepada Putra, "Kok bisa kamu di sini, Putra?"
Putra menjawab dengan santai, "Aku bekerja di sini, merilis beberapa buku terbaru. Senang melihat kalian di sini."
Mira mencoba untuk menghindari Putra karena takut perasaannya muncul kembali. Dia berkata, "Aku ingin ke toilet sebentar."
Saat Mira menjauh dari mereka, dia tak sengaja bertemu dengan Aldean yang sedang berdiri di depan rak buku yang sama. Keduanya saling melemparkan senyuman, dan Mira berkata dengan nada canda, "Nggak nyangka ketemu kamu di sini."
Aldean menjawab dengan tulus, "Keberuntungan kita, sepertinya."
Aldean mencoba memecahkan kekakuan dengan bercanda, "Ternyata kita memiliki selera buku yang sama. Apakah kamu mengikuti aku?"
Mira tersenyum. "Mungkin saja. Siapa yang tahu?"
Mereka berdua kemudian bersama-sama melihat-lihat buku-buku di rak tersebut, tertawa, dan berbicara tentang minat baca masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
PlotWish
Teen Fiction"Di balik setiap keputusasaan ada dunia baru yang menunggu untuk dijelajahi." Dalam usia "quarter-life crisis" yang penuh dengan pertanyaan tentang arah hidup dan keputusan besar, datanglah sebuah novel yang akan menggugah dan menginspirasi. "Plot W...