Bagian 25

1.9K 192 7
                                    


Pukul dua lebih tiga menit pagi, Heeseung bangkit dari tidurannya dan duduk diam di tepi ranjang. Sudah hampir subuh, tapi matanya tak kunjung menutup. Ia melirik Riki dan Yujin yang sudah terlelap dengan damai. Entah apa yang membuatnya tidak bisa tidur seperti ini, Heeseung memilih berdiri setelah menyempatkan untuk menaikkan selimut yang dipakai oleh anak bungsu dan istrinya.

Kaki jenjangnya berjalan keluar kamar dan tanpa sadar bergerak menuju kamar Jungwon. Tangannya menggantung di udara, ragu untuk membuka pintu. Namun, karena perasaannya yang tidak enak Heeseung akhirnya membuka pintu dan masuk ke dalam.

Di dalam, ia melihat Jungwon yang tertidur di atas meja belajarnya dengan laptop yang menyala dan buku yang terbuka. Heeseung menghela napas, dia bergerak membereskan meja belajar Jungwon dan mengangkat anaknya untuk ia pindahkan ke kasur.

Namun, suhu yang terasa panas saat kulit mereka bersentuhan membuat Heeseung terdiam. Akhirnya dia menyadari apa yang membuatnya tidak bisa tidur sama sekali malam ini. Meski sudah berusaha dipejamkan sekalipun, Heeseung tetap tidak bisa tidur dengan lelap.

"Emhh ...."

Heeseung menoleh pada Jungwon yang bergerak menyamankan posisi tidurnya. Posisinya yang duduk di pinggir ranjang membuatnya semakin bisa merasakan napas anaknya yang terasa panas karena Jungwon menghadap ke arahnya.

"Kenapa bisa demam lagi, sih?" gumamnya.

Tangannya mengusap kening Jungwon yang sedikit berkeringat. Kemudian ia bangkit keluar kamar dan kembali setelahnya dengan satu bungkus Bye Bye Fever di tangannya. Geraknya begitu luwes memasangkan pereda panas itu pada kening Jungwon hingga terpasang sempurna. Telapak tangannya ia sempatkan untuk mengusap pipi Jungwon yang memerah.

"Jangan demam lagi, Nak. Maafin Papa, ya," gumamnya.

Heeseung menunduk untuk mengecup pelipis Jungwon, matanya terpejam sesaat untuk menenangkan diri. Amarah yang semula masih tinggi seketika menghilang melihat anaknya kembali tumbang. Setelah merasa cukup, Heeseung kembali menegakkan diri dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

"Eungh ... Papa," gumam Jungwon di sela tidurnya.

---

Pagi harinya Jungwon bangun dengan sedikit terkejut. Sejak kapan dirinya pindah ke kasur dan siapa pula yang memasangkan Bye Bye Fever di keningnya?

"Papa?" tanyanya pada diri sendiri.

Namun, Jungwon segera menepis pikiran itu. Tidak mungkin Heeseung akan melakukan itu di saat hubungan mereka yang sedang tidak baik. Jungwon tidak terlalu mempedulikan hal itu, dia memilih pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan diri.

Saat sudah siap dengan seragam beserta tas sekolahnya, Jungwon turun ke bawah dengan langkah pelan. Tubuhnya terasa tidak enak dan dia baru menyadari jika dirinya kembali demam. Meskipun demamnya sudah tidak tinggi, tapi rasa pusing di kepalanya masih hinggap.

"Udah mendingan, Kak?" tanya Yujin saat melihat Jungwon yang duduk di kursi.

Jungwon mengangguk. "Udah, Bun."

"Ternyata Bunda yang pakein aku Bye Bye Fever semalam," batinnya.

Mendengar pertanyaan Yujin membuat Jungwon berasumsi seperti itu. Bohong sekali jika Jungwon tidak berharap Heeseung lah yang memakaikannya.

"Udah lah kenapa sih, perkara Bye Bye Fever doang," batinnya lagi. Jungwon merutuki hati dan pikirannya yang memikirkan hal tidak penting.

"Kuat buat sekolah, Kak?" Yujin kembali bertanya seraya memberikan satu piring sarapan kepada anak pertamanya.

"Kuat kok, Bun. Oh ya Riki ke mana?" tanya Jungwon.

Pagi ini tidak ada Riki di meja makan, begitu pun dengan Heeseung. Hanya ada Yujin bersama dirinya.

"Adekmu lagi di skors karena ngerokok kemarin. Maaf ya Kak, Riki biasanya nggak nakal. Tapi gatau kenapa dia jadi berubah," ucap Yujin meminta maaf.

Jungwon menggeleng, bukan salah Bundanya. Perubahan seperti Riki itu sering terjadi pada anak remaja. "Mungkin Riki lagi nikmatin masa mudanya. Aku juga minta maaf ya Bun, semisal di sekolah selalu marahin Riki," katanya.

"Nggak apa-apa. Itu udah tugas kamu sebagai ketua OSIS, justru Bunda bangga karena kamu bisa bertanggung jawab sama tugas kamu," bela Yujin.

Kemudian keduanya larut pada obrolan ringan hingga tidak sadar bahwa sedari tadi ada Heeseung yang memperhatikan mereka dari kejauhan.

Laki-laki itu berniat untuk sarapan, tapi belum sampai di lantai satu ia justru melihat Jungwon dan Yujin yang tengah berbincang berdua. Membuat dirinya mengurungkan niat dan memilih diam di tempat. Barulah saat matanya bersitatap dengan Yujin, Heeseung melanjutkan langkahnya.

"Mas hari ini pergi ke kantor?" tanya Yujin.

"Iya, ada meeting buat project baru," jawab Heeseung seraya menerima satu gelas kopi yang diberikan Yujin padanya.

Matanya melirik pada Jungwon yang masih sarapan, ia bisa merasakan bahwa anak laki-lakinya itu berusaha untuk tidak menyapanya. Namun, Heeseung masih tetap melihat Jungwon, mengikuti setiap gerak-gerik anaknya sampai pada akhirnya Jungwon berdiri di hadapannya.

Heeseung menaikkan sebelah alisnya. "Apa?" tanyanya.

Jungwon mendongak, matanya yang bulat menatap mata Papanya. "Uang jajan aku?"

Heeseung merogoh dompetnya, kemudian memberikan beberapa lembar uang pada Jungwon yang langsung diterima. Jungwon membungkukkan badannya pertanda terima kasih, kemudian pamit pada keduanya dan pergi keluar rumah.

Yujin yang melihat Heeseung masih diam di tempat mengernyitkan dahinya. "Kenapa masih di sini? Nggak dianter itu anaknya?" tanyanya.

"Aku buru-buru harus ke kantor. Berangkat dulu, ya," pamit Heeseung.

Setelah berpamitan pada Yujin, Heeseung segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Matanya melirik pinggiran jalan guna mencari keberadaan Jungwon, tapi dia tidak menemukannya. Entah berlari atau bagaimana, tapi Jungwon cepat sekali perginya.

Heeseung menghela napas lelah, akhirnya ia menambah kecepatan mobilnya dan melaju menuju kantor.

Tepat di belakang tembok, Jungwon menghela napas setelah melihat mobil Papanya melaju menjauhinya. Ia keluar dari persembunyiannya dan kembali jalan.

Jungwon tahu bahwa Papanya itu pasti akan menyusulnya, tapi hari ini ia sedang tidak ingin berduaan saja dengan Heeseung. Meskipun itu merupakan kesempatan yang bagus untuk memperbaiki hubungan keduanya. Namun, Jungwon belum siap dan dia tidak mau terjebak canggung di dalam mobil.

"Nanti besok ya, Pa. Aku mau istirahat sebentar." Jungwon bergumam seraya menghela napas pelan.

Satu hari saja, Jungwon ingin beristirahat. Boleh, kan?

---

Haii, semoga suka dan nggak mengecewakan 💗💗

Follow me on ig; @santiscript , twt; @sanchive_ , tiktok; @santiscript

Jangan lupa vote dan komennya ❤️❤️

About Me • Heewon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang