Bagian 40

1.9K 169 5
                                    


Jungwon menatap papanya yang hendak berdiri setelah selesai melaksanakan proses sidang ikrar talak. Heeseung dan Yujin baru saja resmi berpisah, Jungwon menatap kedua orang tuanya yang kini sedang berbicara. Lalu senyumnya tercipta saat Heeseung berjalan ke arahnya.

"Selamat Papa," ucapnya sembari berikan pelukan hangat pada papanya.

Heeseung tersenyum, ia mengerti bahwa arti selamat barusan bukan selamat karena ia dengan Yujin sudah berpisah, tetapi karena dirinya berhasil melalui masa ini dan bertanggung jawab akan perbuatannya.

"Bunda, makasih ya udah mau urus aku selama ini. Meskipun nggak lama, tapi aku tahu kasih sayang Bunda ke aku itu tulus," ucap Jungwon yang kini beralih memeluk Yujin.

"Sama-sama Sayang, setelah ini bahagia sama Papa, ya?" pinta Yujin dan Jungwon mengangguk.

Tentu, setelah ini ia akan mulai hidup bahagia bersama papanya.

"Ayo aku antar kamu ke panti," kata Heeseung.

Yujin menggeleng. "Nggak usah, aku udah ada yang jemput. Kalian ke bandara aja, langsung pergi kan?" tanyanya.

Setelah sidangnya selesai, Heeseung dan Jungwon memang akan langsung terbang ke negara Skotlandia. Namun, karena penerbangannya masih malam nanti jadi ia menawarkan diri untuk mengantar Yujin dahulu, tetapi jika Yujin menolaknya ya dia juga tidak bisa apa-apa.

Kini mereka bertiga sudah ada di depan gedung pengadilan, Heeseung memperhatikan Yujin yang sedang mengirim pesan pada seseorang. "Yakin nggak mau dianter aja?" tanyanya memastikan.

"Yakin, tuh jemputan aku udah dateng. Aku duluan ya, kalian hati-hati. Bahagia di sana," pamit Yujin sebelum masuk pada mobil yang baru saja menghampirinya.

Heeseung melambaikan tangannya, senyumnya masih tercipta meskipun mobil itu sudah hilang dari pandangan mata. Pria itu kini beralih menatap anaknya, lalu ia rangkul pundaknya.

"Ayo ke mobil, kita pergi ke bandara," ajaknya.

"Let's go!"

Menempuh waktu hampir setengah jam, akhirnya ayah dan anak itu sampai di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Penerbangannya masih beberapa jam lagi, jadi Heeseung mengajak Jungwon untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

"Mau makan apa, Dek?" tanya Heeseung setelah sampai di salah satu cafe di sana.

"Apa aja Pa, aku masih belum terlalu laper," jawab Jungwon.

Heeseung mengangguk, lantas ia memesankan makanan yang tidak terlalu berat untuk mereka santap. Sembari menunggu, Heeseung menghubungi asistennya untuk menanyakan perihal barang-barangnya.

Pria satu anak itu memang sengaja tidak ingin kembali lagi ke rumah untuk perpisahan. Sebab semua barang-barangnya sudah dikemas dan tinggal diantarkan oleh asistennya nanti, itu pun hanya barang-barang yang sekiranya diperlukan saja. Sisanya tetap dibiarkan di rumah karena rumah itu tidak akan dijual.

Tidak terasa langit sudah berganti warna, semakin malam menjadi semakin pekat. Sebentar lagi mereka akan boarding, tapi Heeseung masih menatap ke arah luar untuk menunggu seseorang.

"Belum dateng, Pa?" tanya Jungwon.

"Belum, mungkin bentar lagi. Itu kamu masuk duluan," ucap Heeseung.

Saat tiba giliran dirinya, Heeseung merasakan deru napas seseorang. Lantas senyumnya mengembang saat melihat laki-laki itu mengatur pernapasannya.

"Aku nggak telat kan, Pa?" tanya Riki.

Heeseung tersenyum. "Enggak, kamu tepat waktu," katanya.

Setelah itu mereka masuk ke dalam pesawat dan duduk di kursi yang berbeda. Jelas karena Heeseung memesan kursi Business Class. Pengumuman pemberitahuan take off pesawat baru saja terdengar, ia mulai menyamankan duduknya setelah memastikan Jungwon dan Riki duduk nyaman.

About Me • Heewon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang