Bagian 32

1.8K 165 14
                                    


Makan malam berjalan seperti biasanya, meskipun tadi ada drama sedikit mengenai Jungwon yang tiba-tiba berteriak pada Riki. Teriakannya itu membuat beberapa anak di panti datang menghampirinya, Jungwon hanya diam menahan malu saat ibu panti bertanya kepadanya. Untungnya, ada Riki yang tiba-tiba datang sembari tertawa dan menjelaskan bahwa Jungwon tidak kenapa-kenapa.

Setelah semuanya sudah kembali, Riki berakhir menunggu Jungwon menyelesaikan mandinya.

Hari ini Heeseung berencana untuk pulang setelah selesai makan malam, tapi hal tersebut harus ia pikirkan ulang saat melihat Riki yang justru tertidur tanpa diketahui orang-orang yang ada di sana.

"Mau nginep?" tanya Yujin.

Heeseung melirik jam di pergelangan tangannya, masih pukul tujuh dan menurutnya sangat memungkinkan untuk pulang. Namun, saat matanya menatap Riki yang tidur pulas di atas ranjangnya membuat ia menghela napas.

"Iya nginep aja, kasihan Riki kalau dibangunin," ucapnya final.

Akhirnya mereka berlima—termasuk Sunghoon—memutuskan untuk menginap satu malam di panti asuhan. Riki dan Yujin tidur di kamar yang dulu mereka tinggali, sedangkan Heeseung dan Jungwon diberi satu kamar yang memang dikhususkan untuk tamu. Sunghoon belum tahu akan tidur di mana, dia hanya berkata jika dirinya bisa tidur di mana saja.

Pukul sepuluh malam, Heeseung keluar dari kamar setelah memastikan Jungwon tidur. Kakinya bergerak mengecek kamar setiap anak untuk memastikan semuanya sudah terlelap. Namun, saat dia melewati dapur tidak sengaja dirinya mendengar dua orang yang sedang berbicara.

Heeseung bergerak mendekatinya dan bersembunyi di balik tembok yang memisahkan ruangan. Di sana ia melihat Sunghoon dan Riki tengah berbicara berdua.

"Ngapain mereka?" batinnya.

Telinganya coba ia tajamkan untuk mendengar percakapan Riki dan juga Sunghoon.

"Kamu masih nakal di sekolah?" tanya Sunghoon.

Riki yang kebetulan duduk di kursi meja makan menoleh pada Sunghoon yang bersandar di tembok dekat kulkas. "Masih," jawabnya cuek.

"Terus, ada perubahan?" Sunghoon kembali bertanya.

"Enggak."

Mendengar jawaban-jawaban cuek dari anak laki-laki di hadapannya membuat Sunghoon menghela napas kasar. Dia bergerak mendekati Riki dan mencengkeram pundaknya.

"Akhir-akhir ini, kenapa setiap Om tanya selalu cuek begini?" tanyanya dengan sedikit penuh penekanan.

"Ya karena aku mau. Lagian Om aneh deh, masa nyuruh aku jadi nakal segala," jawab Riki tidak peduli dengan pundaknya yang mulai terasa sakit. "Ya aku emang nakal bahkan tanpa Om suruh pun, tapi kenapa lama-lama Om jadi ngatur aku?" lanjutnya.

Sunghoon mendesis mendengar jawaban Riki. "Om lakuin itu demi kebaikan kamu!"

"Demi kebaikan aku? Yakin, Om? Bukan demi kebaikan Om sendiri?" tanya Riki.

"Kamu ...." Sunghoon menatap tajam Riki yang terlihat biasa saja. Memberitahu anak ini benar-benar susah sekali.

Riki menghempaskan tangan Sunghoon yang bertengger di bahunya. Kemudian dia berdiri dan menatap Sunghoon tepat di matanya. "Om tuh siapa aku tanya? Maksud Om ngatur-ngatur hidupku tuh apa? Demi kebaikan aku? Om serius bilang begitu? Memang Om tahu selama Om suruh aku baik-baik aja?" tanyanya.

"Mulai berani ya kamu," desis Sunghoon.

"Karena aku muak! Aku muak selalu disuruh Om untuk bersikap seperti yang bukan aku!" sentak Riki.

"RIKI!" bentak Sunghoon saat Riki meninggikan suaranya.

Riki mendelik tidak terima. "Mulai sekarang aku nggak mau nurutin apa yang Om bilang lagi. Om bukan siapa-siapa aku," hardiknya.

About Me • Heewon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang