Bagian 8

2K 207 15
                                    


Bibi baru saja keluar kamar saat menemukan tuannya keluar kamar juga. Tubuhnya spontan menunduk, hormat pada tuannya meskipun dirinya lebih tua.

"Bibi habis ngapain?" tanya Heeseung.

"Maaf, Tuan."

Heeseung mengernyit, mengapa sosok paruh baya yang sudah bekerja lama dengannya ini meminta maaf. "Kenapa minta maaf, Bi?" tanyanya.

"Bibi ngapain habis dari kamar anak itu?" lanjutnya saat bibi tak kunjung bicara.

"Maaf Tuan, saya baru saja menceritakan tentang Nona Karina kepada Den Jungwon," ucap bibi.

Heeseung terdiam. Jadi benar ya dugaannya bahwa suara tangisan di kamar sebelahnya itu adalah suara tangisan Jungwon yang mungkin menangis setelah tahu ceritanya. Ia rasanya ingin marah kepada bibi karena lancang menceritakan hal privasinya.

"Maaf Tuan."

Akan tetapi, melihat bagaimana bibi yang terlihat merasa bersalah membuat dirinya tidak tega. Lagi pula, tidak masalah Jungwon mengetahuinya, justru itu bagus supaya Jungwon tahu kesalahannya.

"Nggak masalah, Bi. Terima kasih sudah menceritakannya," ucap Heeseung. "Ah ya, Bibi nggak perlu masak buat makan malam. Saya nggak pulang malam ini," lanjutnya.

"Baik, Tuan."

Heeseung berjalan ke bawah dan segera menggaet kunci mobilnya yang tak sengaja ia simpan di atas meja. Malam ini ia tidak ingin berada di rumah, pikirannya sedang kacau karena lagi-lagi Karina datang ke mimpinya dengan keadaan marah.

Akhir-akhir ini ia memang selalu bermimpi, semenjak dirinya mencekik Jungwon di balkon, mimpinya menjadi buruk. Sering kali tidak bisa tidur karena mimpi buruk yang sangat mengganggu. Sialnya, objek yang menjadi mimpi buruknya itu adalah Karina—istri cantiknya.

"Kamu kenapa akhir-akhir ini datang di mimpi buruk aku, Rin?" gumamnya.

Kepalanya tertunduk pada stir mobil. Helaan nafasnya terdengar begitu berat sekali. "Aku memang kangen kamu, tapi nggak biasanya kamu datang ke mimpi dalam keadaan marah. Buat aku itu buruk Rin, buruk sekali."

"Hah ...."

Heeseung mengangkat kepalanya dan hendak menyalakan mobilnya jika saja suara ponselnya yang berbunyi membuat niatnya terhenti.

Tertera nama 'Sunghoon' yang tanpa berpikir panjang untuk mengangkatnya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Bisa dateng ke kantor sekarang nggak?"

"Kenapa emangnya?"

Heeseung bertanya seraya memutar stir guna menjalankan mobilnya.

"Ada masalah, lo harus ke sini buat kasih tindak lanjut."

"Oke."

Tanpa berpikir panjang, dia langsung menaikkan kecepatan mobilnya begitu sambungan telepon ditutup. Selain karena Karina yang datang di mimpi buruknya, beberapa masalah yang terjadi di kantor pun menjadi salah satu penyebab kacau pikirannya.

"Kenapa ada-ada aja sih bangsat," umpatnya.

Jalanan yang sepi meskipun masih sore hari membuat perjalanan Heeseung tidak membutuhkan waktu lama. Dia bergegas ke ruangannya setelah bertanya pada Sunghoon dirinya dimana.

"Ada apa lagi?" tanyanya begitu melihat Sunghoon yang sibuk dengan berkas di meja.

"Ada salah satu panti yang merasa donasi yang kita beri kurang, padahal setelah gue cek panti itu selalu terima tiap bulannya."

About Me • Heewon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang