Rumah sakit

101 18 11
                                    

Setelah mendapatkan pesan dari anonim tadi, perasaan Naya jadi tak enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapatkan pesan dari anonim tadi, perasaan Naya jadi tak enak. Ia telah berfikir macam-macam, Naya langsung menghubungi Arka untuk memastikan jika foto tadi bukan Arka, melainkan orang lain.

Tetapi ia mengirimi beberapa pesan belum juga dibalas, terakhir online tadi waktu dia berpamitan dengannya, sekitar dua jam yang lalu. Karena tak sabar, Naya juga menelfon kekasihnya, tetapi sama juga tak ada balasan. Hanya suara operator saja yang berbunyi, hp nya tidak bisa dihubungi.

•••

Saat ini Gavin, Reza, dan Evan sedang berada di rumah sakit. Setelah melihat Arka kecelakaan, Reza langsung menelfon ambulans agar segera datang. Tak lama ambulans datang lalu menggotong tubuh Arka yang telah dilumuri darah. Gavin ikut didalam ambulans guna menemani Arka.

Sementara Reza dan Evan mengikutinya dari belakang menggunakan motor mereka. Kemudian ambulans sampai di rumah sakit terdekat, perawat segera mendorong brankar Arka menuju ke UGD untuk ditangani.

Mereka terduduk lemas didepan ruang UGD. Sementara Reza mondar-mandir kesana kemari, sampai membuat Gavin merasa pusing akibat kelakuannya.

"Bisa diem ga lo," ucap Gavin yang merasa jengah melihat kelakuan temanya itu.

"Gue khawatir Vin, takut Arka kenapa -napa," balas Reza sambil menggigit bibirnya karena cemas dengan keadaan temannya.

Hanya Gavin yang tetap bersikap tenang. Tetapi tak ada yang tau dalam hatinya ia juga merasakan kecemasan seperti teman-temannya. Akan tetapi tertutupi oleh wajah datarnya.
"Ga cuma lo yang khawatir, kita semua sama-sama khawatir dengan keadaan Arka."

Reza menghela nafasnya, "Huft, oke gue duduk." Lalu dia langsung duduk dikursi yang disediakan disana.

Evan sendiri duduk sambil menelungkupkan wajahnya dilutut, dia menangis hingga bahunya bergetar. Diantara teman-temannya Evan lah yang paling cengeng, dia mudah menangis jika terjadi sesuatu pada orang yang disayangi.

Gavin yang tak tega melihatnya, segera ia hampiri Evan. Ia membawa Evan kedalam pelukannya, seraya mengelus-elus pundak Evan.
"It's oke, Arka anak yang kuat. Tenang yaa, lebih baik berdoa buat Arka supaya ngga kenapa-kenapa."

Tangisan Evan mulai berkurang, dia sudah lumayan tenang, tidak seperti tadi. "Ortu Arka udh dihubungi?" tanya Gavin pada kedua temannya.

Mereka sama-sama menggeleng. Sampai sekarang mereka belum juga mengabari siapapun karna terlalu khawatir sama Arka.

"Za hubungin ortu Arka sana," Gavin memerintahnya.

"Hm," jawab singkat Reza. Jari-jarinya bergerak lincah diatas keyboard hp untuk mengasih tau mengenai kabar Arka kecelakaan.

Gavin lalu gantian menyuruh Evan, "Lo juga Van, hubungin Naya sana," imbuh Gavin.

Virtual Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang