بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ayo sholawat dulu!🥰
اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]Alhamdulilah, happy reading!
🕊️
Kak Adnan menggeleng kepalanya keukeuh. "Gakpapa, lagian lagi bulan puasa gini harus banyak sedekah, 'kan? Nanti di laporannya, jangan ditulis nama gue doang, tapi tulis uang iuran kita semua."
"Yakin?" Tanya Bang Dzul memastikan yang diangguki oleh Kak Adnan.
"Alhamdulilah, Jazakallah, Nan." Ucap Kak Bintang.
"Terus kadonya mau apa?" Tanya Kak Jaki membuat kami sekejap mengabaikan pertanyaannya karena berpikir.
"Tergantung lomba, sih. Emang lombanya apa aja?" Lucy pertama angkat bicara. Bukan menjawab, tapi malah balik bertanya.
"Lomba Adzan?" Saran Kak Hisyam.
"Itu pasti bakalan khusus cowok," Dilla menjawab. "Terus perempuannya apa?"
"Iya, juga, ya." Ucapnya pelan lalu kembali lagi berpikir. "Oh! Kalau lomba pakai sarung gimana?"
"Itu juga buat cowo doang." Lagi-lagi Dilla menjawab. "Lombanya, tuh, yang cewek cowok bisa gitu."
"Kalau mewarnai gimana?" Saran ku.
"Bakal makan waktu lama gak, sih?" Tanya Lucy.
"Ya, kita atur aja waktunya. Kalau emang gak memungkinkan sendiri-sendiri, kita pakai sistem kelompok aja."
Kak Bintang dan Bang Dzul mengangguk, sepertinya mereka setuju dengan ide ku.
"Boleh, nanti kita lihat situasi dan kondisi aja." Ucap Kak Bintang tersenyum. "Terus di hari terakhir saya ngide buat lomba cerdas cermat. Gimana?"
"Kalau muridnya gak memadai gimana?" Tanya Bang Dzul.
Kak Bintang sedikit berpikir, hingga akhirnya ia menjawab. "Satu kelompok jangan terlalu banyak anggota. 2 atau 3 orang juga cukup."
"Emang cukup kalau mulai dari udah Ashar? Sedangkan kalau lomba cerdas cermat, tuh, banyak makan waktu." Dilla kembali angkat bicara.
"Kalau dari jam satu bisa?" Kak Hisyam memberi saran lagi.
"Kan kita Jum'at an dulu dodol!" Tukas Kak Jaki yang sedikit menyenggol lengannya.
"Jum'at an di rumah Dzul aja, jadi habis pulang Jum'at an kita bisa langsung siap-siap ke Madrasah. Biar gak makan waktu lagi." Pungkas Kak Adnan seperti memberi secercah solusi.
"Oke, berati hari Kamis kita pakai buat mewarnai dan hari Jum'at kita start dari jam 1 buat lomba cerdas cermat, ditutup sama acara buka bersama?" Tanya Kak Bintang pada kami dihadiahi anggukan setuju.
"Terus kadonya apa?" Tanya Bang Dzul.
"Menurut gue kalau buat lomba mewarnai mending pakai piala. Biar anak-anak ngerasa dapat penghargaan gitu. Terus kalau buat cerdas cermat, 'kan itu kelompok, kalau pakai alat tulis aja gimana? Biar bisa dibagi-bagi." Lucy kembali memberi saran.
"Kenapa gak piala aja semua?" Tanya Adnan.
"Kemahalan kalau piala semuanya," aku menyela cepat, membuat perhatian kini sepenuhnya padaku. "Satu piala, tuh, sekitar lima puluh ribu tapi udah pakai plat besinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...