BAB 21 Rendah Hati

12 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

Aku terbangun dengan mata yang sedikit perih, hidungku terasa tersumbat dan kepalaku cukup pusing. Bahkan pakaian yang sebelumnya aku pakai untuk kajian masih masih melekat ditubuh ku.

Kulihat ini sudah jam 10 malam. Cukup lama aku tertidur. Kudengar ponsel terus berdering, lantas ku raih ponsel yang berada dalam tas dan melihat nama kontak Kak Bintang muncul disana.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Suara itu langsung masuk begitu saja saat aku mengangkat panggilannya.

Waalaikumsalam, kenapa, Kak?” Aku membalas dengan suara yang sedikit serak.

Saya masih kepikiran kamu. Kamu gimana?

Aku terdiam sebentar, “ya, gitu, masih kepikiran. Masih sakit hati dikit. Ucapan ibu-ibu itu ngefek banget sama aku, hehehe.”

“Tapi Kakak tenang aja, tadi apa pulang aku ketiduran, jadinya sekarang aku rada mendingan.”

Jangan denial sama perasaan kesal kamu, ya. Validasi perasaan itu penting, biar nantinya kamu gak terus mendem sendiri dan malah jadi bom yang bisa meledak kapan aja.” Kata Kak Bintang diseberang sana membuatku mengangguk pelan.

Ingat, kamu gak salah. Jangan terlalu diambil hati soal ucapan ibu-ibu tadi, kamu bukan seperti apa yang dibilang beliau.

“Iya, Kak, aku bakal coba buat gak terlalu dipikirin. Malah pusing ternyata kalau terus dipikirin.” Kekeh ku diakhir.

Coba cari hal yang kamu sukai supaya rasa kesal itu hilang, sibukin diri kamu dengan hal-hal yang buat kamu senang.”

“Iya .. Makasih, ya, Kak, kalau tadi gak ada Kakak, kayaknya aku bakal denger ucapan yang lebih dari itu.”

Sama-sama, maaf tadi saya lancang pegang kamu buat bantu berdiri. Saya takut kamu malah jadi tontonan orang disana.”

Aku mengangguk pelan lagi. “Gakpapa, Kak."

Sejenak suasana kembali hening. “Yasudah, kalau gitu saya tutup teleponnya, ya? Kamu bersih-bersih dulu sebelum tidur lagi. Jangan lupa minum obat, kamu kayaknya pilek, ya?

“Iya, Kak. Hehehe.”

Yasudah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”

“Kak .. Kakak bangun dulu.” Suara lembut itu kini menyapa pendengaran ku.

Aku terbangun dan mengerjapkan mataku sebentar. “Ibu?”

Kulihat Ibu tengah tersenyum dan duduk di ranjang ku. Tiba-tiba aku teringat sesuatu dan langsung mencari tas ku. Kulihat riwayat telepon namun tidak ada panggilan terbaru yang masuk.

Itu artinya, tadi hanya mimpi ..

“Ganti dulu bajunya kalau mau tidur. Gak baik baju kotor dibawa ke kasur.”

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang