BAB 3 The Five Musketeers

20 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

Jam 4 lebih lima belas menit semuanya sudah berkumpul. Anak-anak yang sudah duduk rapi dan para pengajar sementara yang sudah datang berdiri berdampingan bersama Bapak selaku Kepala Madrasah yang akan memberikan informasi tentang ini.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Buka Bapak dengan salam yang selalu menjadi awal pembicaraannya.

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawab para murid Madrasah dengan semangat.

“Mulai hari ini, semua Kakak-kakak yang ada didepan kalian adalah guru kalian juga selain Kakak-kakak perempuan yang biasa mengajar. Bapak harap kalian bisa jaga sikap serta berperilaku sopan kepada orang yang lebih dewasa terutama guru kalian yang baru.”

Gemuruh dari para murid mulai mendominasi. Jelas itu masih menjadi pertanyaan bagi mereka yang tidak tahu-menahu mengapa ada guru dadakan seperti ini.

Kulihat ada yang biasa saja, ada juga yang mulai berbisik-bisik satu sama lain terutama perempuan. Mungkin karena daya tarik para pemuda dihadapannya membuat para gadis seumur jagung itu begitu antusias dengan hal ini.

“Suuuuut,” Desisan itu milik Bang Dzul yang mana para anak-anak langsung terdiam kembali memperhatikan Bapak.

“Bang Dzul dengan teman-temannya sedang melakukan ujian praktek Pengabdian Masyarakat. Jadi, mereka ditugaskan untuk mengajar para murid Madrasah yang ada di Kecamatan ini. Bang Dzul memilih Madrasah ini untuk jadi bahan praktikum nya.” Sambung Bapak yang dihadiahi anggukan bagi sebagian orang.

Oh iya, ngomong-ngomong soal anak murid yang tidak mengangguk, mereka adalah anak kecil yang menduduki kelas 1 dan 2.  Sepertinya mereka tidak terlalu memperhatikan hal ini sebab mereka mau-mau saja belajar dengan siapapun. Toh, mereka juga senang-senang aja.

“Yasudah, sekarang Kakak-kakak didepannya ini akan memperkenalkan diri,” ucap Bapak sembari melirik para pemuda disampingnya.

“Kalian tidak perlu canggung, anggap saja mereka adik sendiri.” Lanjut Bapak yang dibalas anggukan oleh mereka.

“Bapak pamit, ya. Ada hal yang harus dibereskan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.“
Usai mengucapkan salam, Bapak lantas pergi meninggalkan para pemuda yang akan mengatur jalannya kegiatan hari ini.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!” Lelaki bertubuh mungil kembali menyapa mereka dengan salamnya.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!” Lihatlah, jawaban mereka bahkan terdengar lebih bersemangat dari jawaban salam yang diberikan Bapak sebelumnya.

“Wah, Masya Allah, pada semangat banget, ya! Masih pada semangat puasanya?” Tanya Kak Bintang antusias.

“Masih!” Jawab mereka lagi menggebu-gebu. Melihat itu, aku tersenyum. Senang rasanya melihat para murid semangat seperti ini.

“Kakak-kakak!” Panggil anak kecil berjilbab coklat membuat Kak Bintang beralih memperhatikan gadis kecil itu.

“Iya, kenapa?”

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang