بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ayo sholawat dulu!🥰
اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]Alhamdulilah, happy reading!
🕊️
“Nih, titipan dari Bintang.” Kata Bang Dzul menyodorkan paper bag yang sama seperti yang dibawa Lucy.
“Eh, kok sama?” Tanya Dilla.
“Ya, emang sama, ‘kan dari Bintang. Kalian berdua kenapa dibawa kayak gitu?”
“Tadinya gue mau kasihin sama Talia, Dilla, dan lo juga. Tapi liat Dilla ada disini bawa paper bag yang sama.” Jawab Lucy.
“Satu paper bag itu buat satu orang. Ini buat Talia. Tadi gak sempet ngasihin karena keburu Adzan Isya. Nih.” Ucap Bang Dzul menyodorkan lagi paper bag itu.
Lantas aku menerimanya. “Dalam rangka apa Kak Bintang ngasih kayak gini?”
“Uminya baru pulang dari Arab. Oleh-oleh katanya.”
“Salah ngasih kali, lo,” Timpal Dilla menatap Bang Dzul. “Ini banyak banget seorang sampai 4 toples kayak gini.”
Bang Dzul menghela nafasnya. “Beneran. Abang, Adnan, Jaki, Hisyam dan kalian bertiga. Semua dapet paper bag yang sama.” Jelas Bang Dzul.
“Gak percaya gue, takutnya lo salah.” Keukeuh Dilla membuat Bang Dzul menghela nafas panjang lagi.
Lantas Bang Dzul mengambil benda pipih miliknya dalam saku baju, lalu mengotak-atik sebentar dan memberikannya pada kami. “Nih, tanya aja sama orangnya.”
“Ngapain gi―“
“Halo? Assalamualaikum.” Suara diseberang sana jelas lebih dulu memotong ucapan Lucy sebelumnya.
“Halo, Dzul?”
“Iya, halo, Bas.”
“Ada apa Dzul?”
Bang Dzul melirik kami sebentar. “Lo sehat?”
“Alhamdulilah, sehat. Emang kenapa?”
“Syukur kalau sehat. Gakpapa cuman nanya aja. Ini cewek mau ngomong sama lo.” Ucap Bang Dzul membuat kami ketar ketir padanya serta mengibaskan tangan.
“Perempuan siapa?”
“Talia sama yang lainnya.”
“Oh, iya silakan. Mau ngomongin apa?”
Bang Dzul menyodorkan ponselnya pada kami. Sejenak kami saling terdiam karena ragu untuk menerima ponsel itu. Dilla dan Lucy tidak mau menerimanya, ia menunjuk ku untuk mengambilnya.
“Halo, Kak.” Ucapku perlahan sedikit ragu.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawab Kak Bintang diseberang sana membuat ku terkekeh malu.
“Eh, Assalamualaikum maksudnya. Hehehe.”
“Ada perlu apa?” Tanya Kak Bintang setelah kudengar kekehan nya.
Aku menatap para manusia didepan ku satu persatu. Dilla dan Lucy mengangguk serta mengepalkan tangannya seolah memberiku semangat.
“Ini, anu .. Kakak kirim kurma kerumah? Eh, maksudnya ke aku, Dilla, sama Lucy?”
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...