BAB 38 Petunjuk?

7 1 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

Setelah memastikan ketiga temanku pulang dan menutup pintu, aku segera kembali untuk membersihkan ruang tamu sebelumnya lalu pergi menuju kamar untuk merebahkan tubuh.

Berkali-kali aku menghela napas panjang dan pikiranku berisik tentang kalimat 'menyatakan perasaan'. Sebetulnya kemana ujung perasaan ini? Aku sungguh dibuat bingung dengan perasaanku sendiri.

Stigma bahwa perempuan tidak boleh menyatakan cinta atau perasaan duluan memang sudah menjadi prinsip ku saat mencintai seseorang. Namun dalam kenyataannya, perempuan juga berhak untuk menyatakan cinta lebih dulu seperti Sayyidah Khadijah yang menyatakan cintanya pada Rasulullah Saw meskipun lewat perantara.

Tapi jika dalam urusan percintaan, khususnya dalam menyatakan cinta hal ini masih menjadi hal yang tabu dan dianggap unik. Dalam kata lain, masyarakat telah membuat standar terkait bagaimana perempuan harus bertindak agar bisa diterima oleh masyarakat. Itu yang membuatku semakin bingung.

Aku beranjak dari kasur dan segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat Istikharah. Selain aku mengikuti saran Bang Dzul, ini juga sebagian besar keyakinan ku untuk meminta petunjuk. Sejenak aku menatap diri dipantulan cermin setelah memasang mukenah.

Beberapa detik setelahnya aku segera menggelar sajadah dan bersiap untuk melaksanakan salat Istikharah ini. "Ussholi sunnatal istikhoroti rak'ataini lillahi ta'ala." Niat ku sebelum akhirnya aku masuk dalam ke khusyuk-an salat.

Serangkaian rukun salat sudah kulakukan termasuk berdzikir.

"Ya Allah .." lirihku sembari mengangkat kedua tangan. "Hamba mencintai salah satu makhluk-Mu seperti yang kau tahu. Bertahun-tahun perasaan ini masih terus terbalut atas dasar cinta karena-Mu. Ya Allah .. Jika memang Kak Bintang itu yang terbaik untukku, jagalah ia sampai kau mempertemukan kami berdua dalam ridho-Mu. Tapi jika Kak Bintang bukan yang terbaik untukku, tolong hapus rasa kagum ini Ya Allah. Hamba meminta petunjuk-Mu dan hamba meminta pertolongan-Mu Ya Allah. Hanya kepada-Mu hamba meminta dan hanya pada-Mu hamba memohon .."

"Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî. Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn." Setelahnya aku benar-benar meraupkan kedua telapak tanganku dan kembali membuka mukenah untuk segera tidur.

🕊️


"Huh, ini ada apa, sih, kok macet gini. Gak biasanya jalanan disini macet." Keluhku saat melewati perkampungan kecil dan sedikit membuka kaca helm. Aku tidak bisa membawa kendaraan untuk menyalip sana-sini sebab sebelah jalanan benar-benar dipenuhi kendaraan.

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang