BAB 30 Kabar Mendadak

7 3 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

“Bang Dzul yang wisuda kok gue yang deg-degan, ya?” Ucapku setelah duduk di mobil yang mengundang gelak tawa dari kedua temanku dan juga pak supir.

“Kebetulan sekali saya ambil pesanan Mbaknya.” Ucap Supir didepan sana membuat kami bertiga yang tengah tertawa seketika terhenti.

“Saya juga wali wisudawan disana.”

“Oh, anak Bapak juga kuliah disana?” Tanya Dilla diangguki oleh supir.

“Kenapa baru berangkat sekarang? Bukannya orang tua harus mendampingi, ya?”

Pak supir hanya tertawa kecil menanggapi ucapan ku. “Maunya seperti itu, tapi sekarang anak saya sudah didampingi orang tua barunya. Saya datang sebagai tamu biasa saja.”

Ucapan itu seketika membuat kami bertiga saling menatap satu sama lain penuh arti. Kami semua terdiam setelah ber oh kecil dan tidak lanjut membahasnya.

“Bapak mau masuk bareng sama kita?” Tanya Dilla setelah kami turun dan sampai di lokasi.

“Ah, tidak usah. Kalian duluan saja.”

Setelah berpamitan kami segera masuk kedalam gedung. Kulihat banyak sekali para wisudawan dan wisudawati yang tengah berfoto menggunakan toga mereka masing-masing. Aku tersenyum, seketika aku berpikir bulan depan Dilla dan Lucy juga akan menyandang gelar sebagai sarjana, disusul olehku tahun depan.

Namun setelah memperhatikan, aku tidak melihat tanda-tanda perawakan Bang Dzul atau bahkan teman-temannya. Menghubungi ponselnya pun tidak kunjung mendapat jawaban. Banyaknya orang didalam sini cukup sulit untukku menemukan keberadaan Bang Dzul.

“Ayo!”

“Kemana?” Tanyaku saat Dilla mengajak.

“Bang Dzul ada diluar gedung, bukan disini.”

“Kenapa gak bilang daritadi coba?”

“Udah ayo buruan.”

Dengan segera kami memutar haluan untuk segera keluar gedung. Sungguh, saat kami keluar gedung seperti mendapat udara segar. Hawa panas dalam gedung serasa membakar kami secara halus.

“Bang Dzul!” Seru ku dari kejauhan saat melihat perawakan Bang Dzul dari belakang.

Bang Dzul yang mendengar itu dan tengah berfoto bersama teman-teman seketika berbalik dan tersenyum.

“Selamat, ya! Keren banget udah jadi sarjana.” Lanjut ku sembari memberikan bunga yang sempat kubawa disusul oleh Dilla dan Lucy.

“Selamat, ya , Bang! Bulan depan bagian lo datang ke wisuda-an gue sama Lucy.” Timpal Dilla sembari tertawa.

Insyaallah, makasih, ya. Repot-repot banget bawa ginian. Tuh, disana udah numpuk.”

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang