BAB 22 Peringan Kesedihan Ala Rasulullah

13 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

Huh, ini sedikit membuatku kesal. Tapi karena aku sudah berpakaian rapi, akhirnya aku memilih untuk berbuka puasa diluar dan sembari mengerjakan beberapa tugas kuliahku. Kali ini aku sendiri, setelah kejadian kemarin, seperti aku benar-benar butuh metime untuk mencari ketenangan.

Pukul 4 aku berangkat menuju salah satu cafe yang selalu menjadi tempat favorit ku untuk mengerjakan tugas.

Desain ruangan yang cukup unik membuatku betah duduk berjam-jam disini sembari membabat habis semua deadline ku. Tempat ini terbagi menjadi dua ruangan, satu adalah indoor yang aku tempati sekarang, dan satu lagi adalah outdoor yang menyatu dengan alam membuat pemandangan hijau jelas terlihat.

Sebelum benar-benar bergelut dengan tugas-tugas ku yang sudah meraung meminta untuk segera dikerjakan, aku memakai sedikit waktu untuk merenung dan memahami diri sendiri. Alunan musik yang mengalun lembut, seperti menjadi teman untuk pikiran ku dengan mudahnya berkonsentrasi. Hingga saat mataku cukup lama terpejam beberapa kalimat muncul dalam pikiranku.

Hidup itu perihal menerima.
Jengkel, murka, ataupun berduka tidak akan pernah mengubah apapun karena itu sudah ketetapan-Nya.
Lalu sejauh apa aku mencari penyembuhan? Sejauh apa aku berkelana?
Karena obat yang ampuh ternyata berada dalam genggaman.

Kalimat-kalimat yang terlintas dipikiran langsung aku tulis pada note hitam yang selalu kubawa. Saat aku membaca ulang kalimat-kalimat yang tertulis mengalir begitu saja, perasaanku seakan dialiri perasaan hangat. Bahkan senyum tipis tak sengaja aku ukir disana.

Merasa sudah cukup berdialog dengan diri, aku memutuskan untuk membuka tugas-tugas dan mulai mengerjakannya. Lagi-lagi sebuah pesan membuatku terkejut.

Kak Bintang: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Talia, bisa kirim dataan jumlah siswa?

“Mampus, gue lupa lagi buat ngirim dataan itu!” Gumamku sembari memukul pelan kening.

Kemudian setelah aku mencoba untuk mencari data itu segera ku kirimkan pada Kak Bintang.


Talia: Waalaikumsalam, eh iya, lupa

Sebentar

Ini kak

/file_data_jumlah_siswa.docx

Maaf, ya kak baru di kirim sekarang, padahal 4 hari yang lalu Bang Dzul nyuruh ngirim

Kak Bintang: Iya gapapa terimakasih ya

Talia: Sama-sama kak


Pesan yang ku kirim menjadi pesan terakhir yang memenuhi room chat kami berdua. Aku selalu berharap Kak Bintang akan membalasnya dengan sebuah emoticon ataupun stiker random dan membuat ku selalu tersenyum saat melihat pesannya. Namun kenyataannya hanyalah dua centang biru yang terlihat.

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang