بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ayo sholawat dulu!🥰
اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]Alhamdulilah, happy reading!
🕊️
Kali ini pemilihan kelompok menggambar dibantu oleh Kak Adnan, Kak Jaki, dan juga Lucy. Setelah mendapat kelompok masing-masing, kemudian Dilla, Kak Hisyam, dan Bang Dzul membantu membagikan kertas putih yang harus dihias seindah mungkin.
Sesekali aku mulai memotret anak-anak yang sibuk pada gambarnya. Pekerjaan kelompok memang selalu begitu, ada yang sibuk sendiri, ada juga yang hanya melihat tanpa membantu apapun alias hanya nunggu hasil. Tapi itu tidak mengurangi semangat para anak-anak.
Ternyata dugaan kami pada anak-anak salah besar. Dugaan bahwa 5 menit sebelum Ashar anak-anak masih sibuk dengan gambarnya, ternyata 20 menit sebelum Ashar anak-anak sudah memberikan hasil gambar mereka. Jadi kami memiliki sedikit waktu untuk beristirahat.
“Bas, lo yang kasih nilai gambar anak-anak.” Perintah itu terlontar dari mulut Bang Dzul.
“Kenapa harus Kak Bintang?” Aku bertanya.
“Dari kita semua cuman Bintang aja yang paham sama hal kayak gini.” Kak Adnan menyahut.
Ah, aku hampir lupa soal Kak Bintang yang suka melukis.
“Atau Dilla sama Lucy mau bantu saya buat ngasih nilai?” Kak Bintang menimpal. Memberikan saran pada dua perempuan disebelah ku yang sibuk melihat hasil jepretan ku.
“Lo aja. Biar afdol kalau langsung sama ahlinya.” Jawab Lucy memberi sedikit candaan membuat kami juga ikut tertawa.
Namun tak sampai sepuluh menit Kak Bintang sudah selesai memberi nilai. Aku cukup dibuat kagum dengannya, bahkan sepertinya gambar yang Irsya tunjukkan saat itu harusnya aku perlihatkan pada Kak Bintang. Hahahah.
🕊️
Selesai melaksanakan salat Ashar, kami memulai lomba yang selanjutnya yaitu lomba cerdas cermat.
Sesuai arahan, kelompok 1 - 5 kini sudah bersiap ditempatnya masing-masing. Kak Bintang yang menjadi moderator, sedangkan Bang Dzul, Lucy, dan Kak Jaki menjadi juri. Kak Hisyam dan Kak Adnan menjadi pengamat; takut-takut ada beberapa orang yang ternyata membisikkan jawaban. Dilla kebagian menulis poin dipapan, sedangkan aku bagian mengambil gambar.
Untuk babak ini Kak Bintang memakai sistem menjawab benar salah. Jadi anak-anak hanya perlu mengangkat papan B atau S yang sudah disiapkan sebagai jawaban tanpa harus mengeluarkan suara.
Tiga dari sepuluh kelompok sudah kami dapatkan sebagai calon juara.
Beberapa pernyataan juga sudah Kak Bintang ajukan dan mendapati kelompoknya 1 untuk maju pada babak berikutnya. Selanjutnya giliran kelompok 6 sampai 10 yang bermain. Dan ternyata setelah mereka menjawab beberapa kali, kelompok 6 dan juga kelompok 9 yang poinnya lebih unggul.
Itu artinya kelompok 1, 6, dan 9 adalah yang maju pada babak sebenarnya.
“Oke, dua soal terakhir.” Ucap Kak Bintang membuat anak-anak semakin bersiap untuk menjadi pemenang.
Saat ini kelompok 9 memimpin poin dengan angka 400, sedangkan kelompok 1 memperoleh poin 300, dan kelompok 6 memperoleh poin 100.
Sistem babak ini rebutan, siapa cepat dia dapat. Tapi jika yang tercepat tidak bisa menjawab, kelompok lain bisa mendapat kesempatan untuk menambah poin asalkan jawabannya benar.
“Coba bacakan doa buka puasa!”
Masing-masing ketua kelompok sudah mengangkat tangannya. Tapi sesuai arahan dari pengamat, ternyata kelompok 1 yang lebih dulu mengangkat tangan.
Sebelum ketua kelompok 1 menjawab, kami dibuat tertawa dengan kalimat yang diucapkan oleh anggota kelompoknya. “Gak akan batal duluan, ‘kan, Kak, kalau baca doa buka puasanya?”
“Gak akan.” Jawab Kak Bintang dengan tawanya yang renyah.
Kemudian ketua kelompok 1 mulai menjawab soal dan langsung Dilla tuliskan poin sebab jawabannya tepat. Kini poin kelompok 1 dengan kelompok 9 seri.
“Soal terakhir,”
“Sebutkan surat dan ayat berapa tentang puasa dibahas dalam Al-Qur’an!”
Tangan para ketua kelompok lagi-lagi mereka angkat tinggi-tinggi. Bahkan ada yang ikut terangkat bersama badannya. Kak Bintang sebagai moderator meminta jawaban pada pengamat, dan ternyata kelompok 9 yang lebih dulu mengangkat tangan.
“Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183.” Jawab laki-laki berkoko putih dengan yakin.
“Gimana juri?” Pertanyaan itu jelas mendapat anggukan mantap dari ketiganya― Bang Dzul, Lucy, dan Kak Jaki― hingga di detik berikutnya kelompok 9 bersorak girang sebab pemenang lomba cerdas cermat ini adalah kelompoknya.
“Masya Allah! Kita bisa lihat, ya. Juara pertama diraih oleh kelompok 9 dengan poin 500, juara kedua diraih oleh kelompok 1 dengan poin 400, dan juara 3 diraih oleh kelompok 6 dengan poin 100.” Papar Kak Bintang yang dihadiahi gemuruh dari para anak-anak.
“Sekarang kalian siap-siap buat tadarus, setelah itu ambil wudhu bersiap untuk salat Magrib dan buka bersama. Hadiahnya bakalan kita bagi setelah salat berjamaah.”
Setelah Kak Bintang berucap demikian, anak-anak sibuk berhamburan dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Bersaman dengan itu, Bapak datang untuk memimpin tadarus kami.
Sayang sekali, keseruan anak-anak tidak Bapak saksikan.
🕊️
Setelah 15 menit kami tadarus, lantas Bapak menambahkan ceramah. Lebih tepatnya memberi nasehat pada anak-anak muridnya. Tidak lupa, Bapak juga memberitahukan anak-anak bahwa hari ini adalah hari terakhir bagi para kelima pemuda itu mengajar. Jelas itu membuat sebagian dari mereka mengeluh kecewa terutama para perempuan.
Kak Bintang juga memberikan kata perkata sebagai ucapan terimakasih dan disambut baik oleh bapak. Bahkan suaranya terdengar sedikit serak, seperti tengah menahan tangisan.
Setelah dirasa cukup untuk memberi ucapan terimakasih, Bapak lantas menutup ceramahnya dan memberi waktu pada kami yang bertugas untuk membagikan makanan.
Setelah Adzan berkumandang, kami membaca doa bersama dilanjut dengan salat Magrib berjamaah bersama. Tak lupa juga hadiah yang sudah kami janjikan pada para anak-anak.
“Bapak pulang duluan, ya. Ada jadwal tarling.” Ucap Bapak menghampiri kami yang tengah makan bersama.
“Tarling apaan?” Itu suara kak Hisyam.
“Tarawih keliling!” Kami berseru bersamaan. Kemudian setelahnya kami tertawa karena melihat Kak Hisyam terkejut dengan seruan yang kami ucapkan.
“Bapak gak mau makan bareng kita dulu disini?”
“Ih, ‘kan ada tarling. Mana sempet Bapak makan dulu disini.” Jawab Dilla saat Kak Hisyam bertanya. Bapak hanya membalasnya dengan kekehan kecil.
“Dzul,” panggil bapak membuat Bang Dzul mengalihkan pandangannya. “Ajak dulu teman-temanmu tarawih disini sekalian.”
Bang Dzul mengangguk, “iya, Pak. Emang rencananya kita mau salat dulu disini.”
Bapak tersenyum. “Yasudah kalau gitu Bapak pamit, ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Sepeninggal Bapak, kami kembali lagi untuk saling berbincang sembari menunggu Adzan Isya.
“Alhamdulillah kegiatan kita berjalan dengan lancar,” ucap Kak Bintang mendadak membuat kami semua terdiam.
to be continued ..
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...