BAB 17 Kajian

13 2 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Ayo sholawat dulu!🥰

اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

Alhamdulilah, happy reading!

🕊️

“Baru jam 9, gue mau tidur lagi, ah. Masih ngantuk.” Kata Dilla dengan suaranya yang serak dan rambutnya yang cukup berantakan.

“Jangan, didepan ada Bang Dzul kata Ibu.” Ucapku membuat Dilla kembali bangkit.

“Ngapain?”

Aku hanya mengedikan bahu dan langsung menuju toilet. Disusul oleh keduanya setelah aku keluar dan saling bergantian.

“Kok ada kalian berdua?” Tanya Bang Dzul saat melihat Dilla dan Lucy mengikuti ku dari belakang dan ikut menghampiri nya.

Dilla terkekeh, “iya, nginep disini.”

“Ada apa, Bang? Pagi-pagi udah kesini aja.”

Bang Dzul tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan sebuah amplop yang ia bawa dan Dilla mengambilnya sebelum aku.

“Oh, surat edaran kajian Kak Muhram.” Kata Dill menyimpan kembali kertas itu namun Lucy lebih cepat mengambilnya dariku.

“Iya, tadi pagi sebelum Abang kesini Kak Muhram email Abang buat cetak dan bagiin suratnya sama kalian.”

“Seriusan ini jam 1 siang?” Tanya Lucy dengan raut yang kurang enak dipandang. “Ini gak bisa malem aja gitu? Atau nggak jam 5 sambil ngabuburit nunggu buka puasa. Jam segitu lagi panas-panasnya buset, tar kalau haus gimana?” Sambungnya yang melipat kembali kertas itu.

Mendengar kejelasan dari keduanya aku tidak berniat lagi untuk mengambil.

“Males banget.” Keluh Dilla menyender kan punggungnya dikursi.

“Panas di dunia belum ada apa-apanya sama panas di akhirat.” Ucap Bang Dzul membuat kami terdiam. “Masa cuman karena panas jam 1 siang dan kehausan jadi males begini. Cemen banget!”

“Gak jadi ikut ah!” Aku ikut berbicara.

“Ya, gak masalah kalau gak mau ikut. Tapi kesempatan gak datang dua kali.” Kata Bang Dzul sedikit meledek ku.

“Apa?”

“Baca dulu suratnya. Habis itu baru ngasih keputusan.” Titah Bang Dzul.

“Kan tadi udah denger dari mereka. Ini surat edaran sama jam 1, ‘kan mulainya.”

Bang Dzul hanya terkekeh, “yakin gak mau baca? Oke kalau gitu.”

Baru saja Bang Dzul hendak membawa kertas itu dan kembali memasukkan kedalam amplop. Aku cepat-cepat meraihnya dan segera membacanya.

“Baca yang teliti.” Ucap Bang Dzul.

Aku menatap tak percaya kearah Bang Dzul, “ini seriusan?”

Bang Dzul mengangguk.

“Aaaa! Ibuu Alhamdulillah Ya Allah.” Ucapku bersyukur. “Ayo! Ayo! Jam 1, ‘kan? Pasti ikut gue! Gakpapa panas juga, gue bisa tahan. Lo berdua kalau gak mau ikut gakpapa, biar gue bisa nebeng sama Bang Dzul nanti, hehehe.”

“Kan, Abang bilang juga apa. Rugi kalau kamu gak baca dan gak datang ke acaranya.”

“Aduh jadi gak sabar.” Ucapku pelan saat masih kegirangan.

TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang