بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ayo sholawat dulu!🥰
اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]Alhamdulilah, happy reading!
🕊️
"Ibu mau makan lagi?" Tanyaku setelah keluar dari kamar mandi dan tak sengaja melihat Ibu tengah menciduk nasi dari bakul yang tersimpan di atas meja.
Ibu yang sadar akan kehadiranku itu lantas menatap sekilas kemudian fokus pada lauk yang akan ia ambil. "Enggak, ini buat Adikmu."
Aku mengernyit, "Irsya? Tumben di siapin gitu, biasa juga ke dapur sendiri."
"Dari pulang kampus dia gak keluar kamar. Katanya mau ada seminar online, tapi sampai sekarang dia belum keluar-keluar makanya Ibu mau anterin makan ke kamarnya." Setelahnya Ibu lantas mengambil segelas air dan menyimpannya diatas nampan bersamaan dengan nasi dalam piring itu.
"Biar aku aja, Bu, sini." Aku lantas mengambil alih nampan yang semula berada dalam genggaman Ibu.
"Makasih, ya, Kak," ucap Ibu tersenyum lembut padaku. "Habis nganterin Kakak langsung tidur aja. Besok masih kerja, 'kan?"
Aku mengangguk sebagai jawaban. Lalu setelah itu Ibu benar-benar pergi meninggalkanku dan disusul olehku untuk segera mengantarkan nampan ini.
Belum sampai langkahku ini benar-benar masuk dan membuka kenop pintu, tubuhku dibuat terdiam. Pendengaran ku secara otomatis menajam saat ada seseorang yang bertanya cukup keras didalam sana.
"Izin bertanya, Kak!"
Pintu yang sedikit terbuka memudahkan ku untuk bisa melihat bahwa Irsya memang benar-benar tengah terduduk menghadap laptopnya dengan beberapa orang dilayar itu.
"Silakan." Kudengar Irsya menjawab demikian.
"Saya mau tanya, sebenarnya darimana, sih, manusia itu diciptakan? Dan untuk apa kami diciptakan?"
Kulihat Irsya sedikit mengangguk-angguk sebelum menjawab. "Sebagai muslim sebenarnya kita sudah tahu bahwa manusia itu diciptakan dari saripati yang berasa dari tanah. Kenapa dari tanah? Karena tanah mempunyai sifat mengalah. Lihat saja, tanah diinjak tidak marah, dikencingi tidak benci, tetapi jika suatu tanah itu didiamkan saja maka harganya akan semakin mahal. Seharusnya manusia itu belajar dari sifat tanah yang banyak mengalah. Dengan kita banyak mengalah maka makin tinggi derajat kita dihadapan Allah. Kita ini terbuat dari tanah, hidup diatas tanah, dan akan kembali kedalam tanah. Lalu apa yang mau kita sombong kan?"
Ada jeda sejenak sebelum akhirnya Irsya kembali berbicara.
"Lalu untuk apa manusia diciptakan? Allah swt sudah menjelaskan dalam Al-Qur'an, 'Wa maa kholaqtul-jinna wal-ingsa illaa liya'buduun'. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Tapi apa? Kita sebagai manusia masih banyak lalai dalam menjalankan perintahnya. Padahal dunia ini begitu singkat, tapi banyak dari mereka masih melakukan maksiat. "
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...