بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ayo sholawat dulu!🥰
اللهمْ صَلَّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدِ ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدِ
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]Alhamdulilah, happy reading!
🕊️
Pagi ini aku tertimpa musibah. Ojek online yang membawaku pergi ke tempat kerja ternyata harus berhenti ditengah jalan karena mogok. Entah kurang prepare atau bagaimana yang jelas ini sudah membuat mood pagi ku cukup tidak baik. Mau tidak mau aku harus jalan kaki, sebab kalau kembali memesan ojek online itu cukup boros dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Namun saat aku tengah berjalan, anak-anak remaja badung dengan pakaian yang mereka keluarkan serta bonceng tiga dalam satu kendaraan tiba-tiba menyerempet ku.
"Maaf, Kak, kita buru-buru masuk sekolah!"
Hanya pekikan tak sopan itu yang mereka ucapkan tanpa mau turun lebih dulu. Maksudku, kenapa harus meminta maaf sembari berteriak? Turun sebentar dan berbicara dihadapan ku apakah itu sulit?
Dalam hati aku ingin berteriak kepada mereka. Namun kusadari itu tidak akan mengubah fakta bahwa mereka tak akan memutar balik setir motornya.
Kenapa mengejar waktu siang kalau memang tidak mau terlambat? Tidur jam berapa mereka? Atau apa yang mereka lakukan di pagi hari hingga bersiap mendekati tengat waktu. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu memenuhi dalam pikiran setiap kali aku melihat siswa yang terlambat.
"Awsh!" Ringisku saat hendak akan berdiri namun ternyata kakiku terkilir.
Aku sibuk mengumpulkan barang-barang kecil yang berserakan dijalan sembari terus menggumam. "Ibu .. Sakit .."
"Mari, Mbak, saya bantu." Suara itu tiba-tiba terdengar dengan barang ikut ia bereskan.
Aku menatap, namun sulit ku kenali sebab orang ini menggunakan masker dan juga topi. "Makasih, Mas." Ucapku dan mencoba untuk berdiri.
Namun kaki yang terkilir ternyata belum bisa menyangga tubuhku sepenuhnya dan berakhir dengan ku yang sedikit oleng. Untung saja lelaki yang menolongku ini sigap menahan ku, kalau tidak aku pasti akan terjatuh lagi.
"Hati-hati."
"Makasih lagi, Mas." Ucapku dengan ringisan yang masih ku tahan.
"Mbak mau kemana? Mau saya antar?"
"Gak usah. Saya mau ke sana, deket, kok."
Lelaki itu mengangguk, "yasudah, kalau gitu saya duluan. Jalannya pelan-pelan aja."
"Iya, Mas. Terimakasih banyak."
Setelah berucap demikian, lelaki yang tak ku kenali itupun lantas berbalik dan pergi meninggalkan ku. Sedangkan aku seketika jadi teringat pada Kak Bintang. Entahlah, melihat tegak punggungnya yang kecil membuatku tiba-tiba mengingat Kak Bintang.
"Astaghfirullah!" Ucapku sembari menggerakkan kepala dan segera melanjutkan langkahku yang sempat tertunda karena kejadian sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...