37. Jatuh Cinta Untuk yang Kedua Kali?

68 11 1
                                    

Makasih buat kalian yang mau luangin waktu singgah ke sini, bentar juga its oke kok

Happy Reading ya....

~>°<~

Angin bertiup pelan, menerbangkan dedaunan gugur. Udara pagi ini terasa sangat segar di penciuman seorang gadis berpakaian putih laksana awan di langit.

Ling Shanshan menatap ke luar jendela kamar yang terbuka, matanya menerawang jauh. Kilas kejadian tiga hari lalu menjadi alasan mekarnya senyum di wajah gadis itu.

Dia teringat bagaimana Pangeran Keempat menggigit bakpao di satu tempat yang sama dengan bekas gigitannya, teringat saat pemuda itu duduk dan menemaninya di atas atap dan teringat betapa lembut serta perhatiannya Pangeran Keempat ketika menggendong Ling Shanshan di tengah malam yang dingin. Napas pemuda itu begitu sunyi, nyaris tak terdengar. Tak ada tanda-tanda letih apalagi mengeluh.

"Nona Muda..." Ji Ying sedari tadi mengamati tuannya, dia sedikit heran karena setiap pagi nona mudanya bertingkah aneh. Hal itu terjadi semenjak pangeran Keempat mengantar nona mudanya pulang di tengah malam buta.

'Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Nona Muda?' batin Ji Ying penasaran.

"Nona Muda..." Ji Ying kembali memanggil, kali ini dengan nada yang agak tinggi agar bisa didengar oleh nona mudanya.

"Hm...?"

"Apa yang sedang Nona Muda pikirkan?"

Ling Shanshan masih memandang ke luar, seolah ada sesuatu yang menarik perhatiannya di luar sana.

"Sejujurnya, aku juga tidak mengerti dengan apa yang kupikirkan."

Ji Ying mengetuk dagunya dengan jari telunjuk beberapa kali, tampak berusaha mengingat sesuatu.

"Nona Muda, sikap Anda ini kenapa agak mirip seperti saat Anda pertama kali bertemu Tuan Muda Mu?"

Kepala Ling Shanshan berputar, menghujam pelayannya dengan tatapan terbelalak. "Apa?!"

"Ji Ying..."

"Ya, Nona Muda?"

"Maksudmu aku sedang... Aku sedang...?" Ling Shanshan tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan kalimatnya, hatinya sudah cenat-cenut tak menentu.

Ling Shanshan tidak lupa bahwa pemilik tubuh ini jatuh cinta terhadap Mu Ding pada pandangan pertama. Jika yang pelayannya katakan itu benar, mungkinkah pemilik tubuh ini telah jatuh cinta untuk yang kedua kali?

Namun pertanyaannya, apakah yang sedang jatuh cinta saat ini adalah Qiu Lingxia, atau Ling Shanshan sendiri?

Pemikiran itu membuat Ling Shanshan cepat-cepat menggelengkan kepala.

"Lingxia?"

Qiu Han masuk setelah mengetuk pintu. Dia melirik Ji Ying sekilas, membuat pelayan itu menunduk hormat sebelum pergi keluar, memberi kakak adik itu waktu untuk berbincang.

Dahi Qiu Han berkerut heran saat mendapati ekspresi rumit di wajah adik perempuannya itu.

"Adikku sedang memikirkan apa?" goda Qiu Han sembari mendekat dan duduk di samping Ling Shanshan.

Gadis itu mengulum senyum. "Aku sedang memikirkan hadiah apa yang harus kuberikan untuk putra mahkota. Kakak Kedua, apa hadiah yang kau siapkan?"

"Hadiah... Apa boleh dikatakan pada orang lain? Jika kukatakan, maka itu sudah bukan lagi hadiah namanya."

Ling Shanshan mengangkat sebelah alisnya, kerutan di wajahnya membuat gadis itu terlihat kusut seperti nenek-nenek.

Pipi Qiu Han seketika mengembung, dia berusaha menahan tawa sampai akhirnya sudah tidak terbendung lagi, pemuda itu kemudian tertawa lepas.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya Ling Shanshan kesal.

"Wajahmu... Sangat lucu. Hahhhah!" Lagi, Qiu Han tergelak hingga kepalanya mendongak ke langit-kangit kamar.

"Seberapa lucu?" Ling Shanshan cemberut.

"Seperti kucing tua. Ahahhhah!"

Gadis itu mendengus. "Kalau begitu, Kakak kedua adalah keledai bau!" ejeknya tak mau kalah.

Ling Shanshan mengatainya keledai bau karena suara Qiu Han saat tertawa terdengar mendengking seperti seekor keledai.

"Kucing tua? Keledai bau? Ahahahahh!"

Ling Shanshan dan Qiu Han sontak menoleh ke arah pintu yang terbuka, menampakkan sosok Qiu Tianyi dengan tampang menjengkelkan.

"Tianyi, kau..." Qiu Han melototi Tianyi yang masih tergelak menertawainya.

"Tianyi! Kau... Kau burung perkutut!"

"Uhukh!" Qiu Tianyi langsung tersedak tawanya sendiri. "Apa kau bilang?!"

"Burung perkutut? Hahhahah!" Kali ini giliran Qiu Han menertawai adik laki-lakinya sampai puas.

"Ahahhaahh!" Ling Shanshan ikut tertawa dan membuat kamar hening itu berubah riuh dalam sekejap.

"Sedang menertawakan apa?"

Di belakang Qiu Tianyi tiba-tiba muncul siluet pemuda bertubuh tinggi dengan kedua tangan bersembunyi di punggungnya.

Melihat kehadiran Qiu Zhongwei, Han dan Tianyi langsung bungkam. Hanya tersisa satu tawa melengking milik Ling Shanshan yang tidak berhenti.

"Hahhahhhah!"

"Kakak pertama." Han dan Tianyi memberi hormat serempak.

"Ahhahhahha!" Ling Shanshan semakin tergelak, bahkan memukul-mukul lantai.

"Apa aku melewatkan sesuatu yang lucu?" Qiu Zhongwei bertanya pada dua adik laki-lakinya saat Ling Shanshan masih belum berhenti tertawa, bahkan mengabaikan kedatangan saudaranya.

"Tidak, Kak. Kami hanya bercanda," jawab Qiu Han sembari menggeleng pelan.

Mendengar itu, Qiu Zhongwei memasang senyum, terlihat lega. "Jika ada waktu, aku juga ingin bercanda dengan kalian, tapi di luar ada seorang pria yang ingin bertemu denganmu... Lingxia."

"Aku?" Tawa gadis itu lenyap dalam sekejap. Dia menatap ke arah Qiu Zhongwei dengan penasaran.

Ketika kepala Qiu Zhongwei terangguk, Ling Shanshan jadi semakin penasaran.

"Hanya aku?"

"Ya, hanya kau." Qiu Zhongwei mengangguk sekali lagi.

"Siapa?"

"Pergilah dan lihat sendiri," kata Qiu Zhongwei, menunjuk ke arah pintu dengan dagunya.

Ling Shanshan sedikit ragu, tetapi akhirnya bangkit dari posisi duduk kemudian mengambil langkah keluar dari kamarnya.

Sepanjang jalan menuju pintu utama kediaman Qiu, pikiran Ling Shanshan berkelana. Teringat kakak pertamanya mengatakan orang itu adalah pria, otaknya memikirkan dua sosok yang mungkin datang.

'Apakah itu Pangeran Keempat yang berkunjung? Atau mungkin mantan kekasih Qiu Lingxia? Ahh, tidak. Untuk apa bajingan itu datang? Tapi... Bagaimana kalau memang Mu Ding orangnya?'

~>°<~

Thank you...

🤍🤍🤍🤍

TIME TRAVEL: One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang