29. Tarian Pedang Lu Yuan

105 10 1
                                    

Spesial double up untuk malam ini, yaaa...

Enjoy...

~>•<~

Ling Shanshan tidak memberi tanggapan dari ucapan pemuda itu.

Sedangkan Lu Nanxiang hanya mengulum senyum simpul pada Ling Shanshan lalu menoleh sang kakak. "Kak, sebaiknya jangan memilih adik Lingxia, sainganmu nanti akan sangat merepotkan."

"Oh?" Pemuda itu menunjukkan sikap ingin tahu. "Apakah sainganku itu seorang jenderal atau menteri?"

Lu Nanxiang tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Dia lebih dari itu," jawabnya menyiratkan peringatan yang jelas untuk saudaranya.

Kakak kedua Lu Nanxiang tiba-tiba terdiam, berpikir sejenak lalu menatap lawan bicaranya.

Dia menghela napas panjang. "Hmh! Sepertinya aku tidak bisa bersaing dengan orang semacam itu. Kalau begitu, Tuan Muda Lu Yuan ini mundur saja," katanya terdengar bercanda.

"Itu pilihan yang bijak," timpal Lu Nanxiang sambil tersenyum.

Ling Shanshan mendengus sebelum berkomentar. "Kakak Nanxiang, jika yang kau maksud adalah dia, maka kau salah paham. Tidak ada hubungan apa-apa diantara kami."

Lu Nanxiang tidak langsung menanggapi. Dia meraih kedua tangan Ling Shanshan lalu menggenggamnya erat.

"Adik Lingxia, jangan bohongi dirimu sendiri. Aku melihat kesungguhan di matanya untukmu. Jika dia sudah bertekad, apapun bisa orang itu dapatkan. Namun aku juga tidak yakin apakah harus mengatakan dirimu beruntung atau harus berhati-hati."

Ling Shanshan tertawa pelan. "Ya, aku tahu. Orang seperti dia sangat merepotkan."

Sedari tadi Lu Yuan tercengang mengamati Ling Shanshan yang jauh berbeda dari biasanya. "Tidak kusangka Nona Muda Qiu adalah gadis yang cerdas. Aku merasa bersalah telah percaya pada rumor yang beredar di luar," sela Lu Yuan sedikit merendah.

Dalam hati, Lu Nanxiang juga merasakan perasaan yang sama seperti saudaranya. Dia menjadi tidak enak hati saat bertatapan dengan adik perempuan Qiu Han itu.

***

Di tempat lain dalam sebuah ruangan tak berpenerangan, seekor elang bertengger di jendela yang terbuka kemudian terbang menembus malam dan berlabuh di dahan sebuah pohon di halaman kediaman keluarga Qiu.

Putra pertama Menteri Qiu, Qiu Zhongwei melihat seekor elang yang tidak asing di matanya.

"Bukankah itu burung pembawa pesan rahasia milik keluarga Ye?" tanyanya meyakinkan diri sebelum mendekati si elang.

Elang pembawa pesan tersebut memiliki gulungan kertas kecil di salah satu kakinya. Qiu Zhongwei mengambil kertas dan membukanya, pesan tersebut langsung membuat kedua matanya terbelalak.

'Qiu Lingxia dibawa ke kediaman Jenderal Lu. Feng Yizhu sedang mengawasinya.'

Pesan yang sama juga sampai ke tangan Permaisuri Wei Yihua melalui mata-matanya. Dalam ruangannya yang temaram, Sang permaisuri meremat kertas tersebut lalu melemparnya ke lantai.

"Wu Jiachi, makanan apa yang kauberikan pada putramu sampai dia semengerikan itu?" Dia kemudian menghela napas berat. "Huh... Feng Yizhu ah Feng Yizhu, apalagi yang kaurencanakan kali ini?" gumam Permaisuri Wei Yihua mencoba bersikap tenang.

Tetes embun sisa semalam masih membasahi tanah yang dingin saat sosok tamu tak terduga menginjakkan kaki di kediaman Jenderal Lu.

Lu Heitian tergopoh-gopoh menuju pintu depan ketika pelayan melaporkan kunjungan Pangeran Keempat.

TIME TRAVEL: One Last ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang