04. Genta, Si Jenius Gila

65 3 0
                                    

"Gen, elu ikut lomba BAE lagi tahun ini?" tanya Lucas meniup asap rokok dari mulutnya. Lalu mengapit rokoknya diantara jari telunjuk dan jari tengah.

"Hmm, kayak ikut, sih. Tapi gue bakal ambil tingkat pemula lagi," jawab Genta.

"Kenapa? Bukannya kemarin lu menang juara satu? Harusnya lu sudah bisa naik tingkat, dong!"

"Ck, susah anjir kalau angkatan atas masih pada ikutan!" keluh Genta.

"Terus lomba yang diinfoin dari pak Jaya gimana? Lo jadi daftar ke beliau?"

Penghuni meja di bawah pohon saat ini hanya ada Genta, Lucas, dan Marten. Alvine sedang ke dalam Dopi untuk memesan lagi, sementara Justin sudah kembali ke bar karena waktu istirahatnya sudah habis.

Genta tengah menyeruput segelas cappuccino, kemudian menaruh kembali cangkir kopi itu di meja. Mengangguk pelan sambil memperbaiki posisi kacamatanya. "Justru gue malah diajakin pak Jaya buat ikut serta. Katanya kalau menang, karyanya bakal dipamerkan," jawabnya serius.

"Eh, buset!" sahut Marten tercengang, "Emang lokasi pamerannya di mana, sih?"

"Aduh, gue lupa. Gue nggak terlalu tangkap semua omongan beliau kemarin. Tumben banget hari itu ruang dosen lagi berisik," jelas Genta, "Seingat gua, pak Jaya dapat undangan lomba dari panitianya langsung, terus gue ditawari beliau 'kamu mau ikut lomba jadi perwakilan BIT, ngga?'... ya, gue mah, hayu-hayu wae!"

Tiba-tiba Genta menyentik jari seolah baru teringat sesuatu.

"Hmm??" Marten dan Lucas kompak kaget melihat Genta tiba-tiba bersikap spontan seperti itu.

"Gue baru ingat lokasi pamerannya, misalkan gue menang..." Genta diam sejenak, mengubah bicara jadi perlahan. "... karya gue bakal dipamerkan di Lawangwangi Creative Space,"

"Tunggu... Lawangwangi?" ulang Marten.

"Kafe yang sering jadi galeri pameran seni di Dago atas itu? Wah, keren sih Gen kalau karya lu bisa menang dan masuk pameran sana!" seru Lucas antusias.

"Lawangwangi itu apa? Taman Lawang?"

Suara Alvine yang baru kembali dari dalam Dopi membuat mereka bertiga menoleh.

"Bukan Vin, bukan itu yang dimaksud. Lawangwangi itu kayak galeri seni di Dago atas. Ada kafenya juga," jawab Lucas cepat. "Genta pengen masuk ke pameran yang digelar di sana,"

Alvine melongo, "Hah? Genta mau dipajang di pameran?"

Pertanyaan polos temannya membuat mereka bertiga kompak menepuk kening.

"Maksudnya tuh karya gue mau dilombakan. Nah, kalau menang bakal dipamerkan di sana, bukan gue yang dipajang kayak patung!" jelas Genta agak jengkel.

"Ohh, bilang dong!" kata Alvine seraya kembali duduk. "Kapan?"

"Harusnya bulan ini," jawab Genta, "Tapi belum ada kabar lagi dari dosen gue soal pengumuman pemenang," lanjut Genta.

"Wah, susah juga ya..." komentar Alvine, "Tapi semoga bisa menang, sih,"

"Firasat gue bilang elo pasti menang, sih, minimal juara ketiga! Masa seorang Genta Satria Pradipta, si Jenius Gila yang karyanya sudah sering seliweran di pameran dan terkenal di mana-mana masa nggak menang, sih?" lanjut Marten sambil menatap Genta sungguh-sungguh.

"Anjir, oe jadi merinding!" kata Lucas tertegun. "Si Jenius Gila..."

"Ternyata julukan itu sudah tersebar di mana-mana, ya? Populer juga kamu, Gen," sahut Alvine terpana.

"Tuh, Gen. Asik lah! Tinggal tunggu akun Instagram elo go international saja sih kata gua mah!" sahut Marten lagi sambil menyikut lengan Genta.

Genta jadi melengos, spontan melempar gumpalan tisu bekas ke arah Marten sehingga pemuda itu dengan cepat menepisnya lalu tertawa geli. Lucas dan Alvine pun jadi ikut tertawa, lebih tepatnya menertawakan reaksi gengsinya Genta.


Doppo SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang