09. WDB (Waktunya Doppo Berdendang)

70 3 1
                                    

"...jadi begitu ceritanya."

Alvine masih diam, sedari tadi mendengarkan curhatan Lucas dengan seksama. Setelah cerita itu selesai, Lucas langsung membakar ujung rokok dan mulai menghisapnya.

"Jadi kamu mantap udahan gitu sama Nadine, tanpa jadian?" tanya Alvine membuka suara.

"Hm, bisa gitu, ya. Putus tanpa jadian?" celetuk Hafizh seraya menyeruput susu coklatnya.

"Bisa-bisain saja buat Lucas," balas Alvine santai.

Lucas mau mengumpat tapi terurungkan karena mulutnya masih sibuk menghisap rokok. Jadi hanya bisa memberi delikan tajam. Kemudian matanya menangkap sebuah motor Vario putih masuk parkiran Dopi. Melihat pakaian dan postur tubuh si pengendara, Lucas bisa menebak siapa yang akan bergabung ke meja di bawah pohon ini.

"Sendirian aja, Ju? Genta mana?" tanya Lucas begitu pemilik motor Vario itu berjalan tenang mendekati meja mereka.

"Nggak ikut dulu, ada panggilan dari bang Tendra," jawab Marten sambil memberi tos pada Lucas, Hafizh, dan Alvine.

"Tendra?" Lucas mengernyit, "Sebentar, anak Seni Rupa itu?"

"Iya," jawab Marten singkat, lalu menarik kursinya sebelum duduk. "Sejujurnya gue kurang suka kalau Genta masih terus berhubungan dengan orang itu. Anak-anak FSD di UKM Band suka ngomongin, tuh. Gosip dia banyak!"

Lucas langsung mengambil rokok dari mulutnya, "Orang itu juga sering disebut dalam perghibahan grup angkatan oe," timpalnya membuat yang lain mengangkat alis.

"Tunggu, bukannya dia itu pemilik julukan Si Jenius Gila sebelum Genta?" sergah Alvine cepat.

Marten langsung menunjuk-nunjuk Alvine, "Betul, Vin. betul!"

"Emang itu siapa, sih?" tanya Hafizh penasaran.

"Bukannya dulu gue pernah cerita di sini, ya?" tanya Marten balik, mencoba mengingat.

"Pernah, tapi kalau gosip-gosip begitu belum pernah dengar. Memang seburuk apa dia sampai kau nggak suka Genta ketemu sama orang itu?"

"Bang Tendra, anak Seni Rupa angkatan 15. Namanya sudah populer di kalangan seniman sampai ke Jakarta, spesialisnya seni patung. Selain patung, dia juga jago melukis aliran realisme. Karya patung-patung yang dia buat tuh, beuh, detail banget kayak patung-patung abad Renaissance! Paling sering bikin patung perempuan bugil begitu dan mirip sama manusia aslinya. Gue jamin yang imannya setebal Alvine bisa ngiler melihatnya," jelas Marten sementara Alvine sempat protes tidak terima dirinya jadi analogi.

"Terus dengan kepopulerannya itu, apa yang membuat dia jadi bahan gosipan? Apa karena patung-patung bugil itu?" tanya Hafizh menebak, jadi bertopang dagu.

"Ada lagi selain itu, uhh... gimana gue jelasinnya?" Marten menggaruk rambutnya, jadi ragu untuk bercerita.

"Gosipnya, dia suka jajan perempuan buat cari bahan inspirasi," timpal Lucas membuat semuanya jadi kaget menganga. "Bahkan temen oe di UKM Futsal yang dari jurusan Seni Rupa pernah bilang, kalau orang itu tidak lebih dari keturunan Cassanova dari sungai Citarum yang hobinya colok sana colok sini,"

"Anjir, sudah kayak colokan hape!" pekik Hafizh diselingi candaan.

"Jadi kamu takut Genta terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, Ju?" Tanya Alvine menoleh pada Marten. "Kamu tahu, kan, Genta bukan orang yang seperti itu. Buktinya dia bucin banget sama yang di Jogja."

"Gue tahu, kalaupun dia begitu sudah gue seret ke gereja terus tenggelamin di kolam baptis. Biar langsung menghadap Yang Maha Kuasa," balas Marten dengan wajah serius.

Doppo SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang