23. The Rose

43 2 0
                                    

Pagi di hari sabtu itu, motor Vespa merah Genta berhenti di depan sebuah rumah dengan gerbang tinggi. Pemuda itu membuka helmnya, menunggu dengan kaki turun dari motor. Dia sesekali merapikan rambut gelombangnya melalui kaca spion. Tak lama, matanya tertuju pada gerbang yang terbuka oleh seorang gadis berambut merah jahe panjang membawa sebuah helm putih bergambar bunga mawar.


Ya, gadis itu. Si Rosalina.


"Kenapa semalam nggak minta jemput saja, sih?" tanya Genta tanpa basa-basi.

"Aku nggak enak sama kamu, lihat di story kayak sibuk melukis terus. Takutnya kamu repot kalau aku minta jemput di stasiun," jawab Rosalina sambil memajukan bibir bawah, lalu berubah jadi senyuman. "Hehe, nggak apa-apa, kan? Atuh, hari ini kita ketemu juga."

"Kapan aku pernah bilang kamu merepotkan?" tanya Genta lagi seraya membuka injekan kaki penumpang. "Kalau ada apa-apa ngomong saja. Jangan diam nggak enakan begitu."

"Aduh, iya. Bawel kamu, ih!" ucap Rosalina gemas, menaiki motor sambil memakai helm.

"Siapa suruh jarang ngabarin terus?" sahut Genta seraya meraih helm, "Pegangan!"

Genta sedikit melirik ketika Rosalina menurut dengan memegang jaket hijaunya erat. Kemudian menarik gas pergi keluar jalan perumahan dan berbelok ke jalan raya besar. Sepanjang jalan, ia tak bisa menahan untuk tak tersenyum senang. Masih sedikit tak percaya sekaligus merasa senang akhirnya bisa bertemu sang pacar setelah sekian lama.

"Mau makan batagor dulu, nggak?" tanya Genta sedikit berteriak, berusaha mengalahkan suara angin yang terus menerjang di atas motor.

"Apa, Gen?" Rosalina menyandarkan dagu di pundak kiri Genta, "Kita ke mana?!"

Genta mengangkat kaca helmnya, "Makan batagor!"

"Aku sudah makan di rumah!" Rosalina ikut setengah teriak, "Emang mau makan di mana?!"

"Serayu jam segini sudah buka, belum?!"

"Sudah, tapi seingatku Serayu selalu ngantri panjang. Emang masih sempat?!"

Genta tidak menjawab, fokus menyetir menyusuri jalan raya yang penuh pepohonan rindang di kanan-kirinya. Tak lama, mereka telah sampai di sebuah tempat makan cuanki dan batagor legendaris yang berada di jalan Serayu.

Antrian panjang menyambut kedatangan mereka begitu Genta berusaha memarkirkan motor yang sudah penuh. Beruntung, masih ada satu tempat yang bisa dimasuki motornya. Persis di depan sebuah rumah mewah dengan gerbang hitam besar.

Meskipun harus ikut mengantri panjang, mereka masih bisa memesan dua porsi batagor. Tak butuh waktu lama dari mereka mengantri dan mencari tempat duduk, mereka sudah duduk berhadapan sambil menikmati batagor masing-masing.

"Kamu sekarang jadi suka sama batagor kuah?" tanya Genta sambil memandang Rosalina yang sedang menyeruput sup kuah batagor.

"Nggak, dari dulu aku suka," jawab Rosalina menggeleng kecil.

"Oh, ya? Tapi kamu kayak jarang beli," kata Genta sambil mendelik.

"Belum banyak yang jual. Lagipula, batagor kuah emang paling enak tuh di sini," ucap Rosalina menunjuk mangkuknya, "Ih, kenapa ya, batagor kuah tuh masih jarang di Bandung? Padahal teh, makanan asli sini. Di Jogja saja ada yang jual dekat kosanku."

Genta bertopang dagu, memandang Rosalina yang masih berceloteh tentang batagor kuah. Tanpa sadar bibirnya kembali tersenyum. Gadis dihadapannya itu terlihat cantik dengan atasan blus putih floral, celana jeans biru, dan sneakers putih. Rambut merah jahe panjangnya dikuncir setengah, terlihat cocok dengan wajah putih tegasnya itu. Sosok yang selama ini selalu menghiasi pikiran Genta, hari ini datang membawa paras indahnya.

Doppo SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang