06. Hafizh, Si Kakak Himpunan

44 3 0
                                    

"Capek! Mulai bulan depan himpunan bakalan sibuk banget!" seru Hafizh sambil meregangkan tangan ke atas. Gambaran jelas betapa capek dirinya setelah rapat himpunan yang melelahkan itu.

"Nggak terasa juga, sudah mau masa UAS lagi," ujar Marten menyeruput es kopi susu-nya. "Anjir, perasaan baru kemarin ngerjain tugas nirmana pertama gue!"

"Aduh, bisa ngga sih nggak usah ingatin itu lagi, Ju? Move on!" Timpal Lucas gregetan.

"Trauma, ya, Cas?" Tanya Hafizh.

"Bukan main, nilai hancur gara-gara itu!"

"Hah... jadi ingat kalkulus jaman itu..." ucap Alvine menyandarkan punggung di kursi.

"Wajar lah, ya, dulu paling panik sama semuanya. Pertama kali jadi mahasiswa, ketemu hal-hal baru, bagi yang pertama kali melihat pasti jadi culture shock." kata Genta sambil menyilangkan kaki.

"Bener banget," balas Marten. "Tapi seru sih, semester awal beratnya tuh diadaptasi sama banyaknya tugas. Kalau naik semester makin atas tugas semakin sedikit tapi berat,"

"Sedikit darimana, cok?! Perasaan sama aja, dah." timpal Hafizh.

"Perasaan elo doang emang,"

"Iya, elo doang yang punya perasaan. Dia mah kagak," sambung Lucas.

"Curhat, Cas?" elak Hafizh.

"Kagak. Pengen bersimpati aja sama elo, Fizh," jawab Lucas beralasan.

"Sok-sok'an simpati tapi pake provider lain, jiah.."

"Naon, tah?" Kata Genta.

"Mulai nih Hafizh, keluar jokes bapak-bapaknya," celetuk Alvine.

"Simpati apaan? Emang aku ada galauin orang?" tanya Hafizh menantang.

"Selgi? Kemarin lu baru saja curhat di grup habis kena semprot Selgi yang lagi PMS," delik Lucas.

Hafizh jadi mengernyit, "Dih, sudah kubilang aku tak ada apa-apa dengannya. Cuman dia orang lama yang kukenal di BIT karena kami satu SMA!"

"Iyain aja," kata Lucas.

"Oh, begitu ya kalian. Aku nggak bagi-bagi nomor dedek gemes lagi, nih. Biarin aku nikmati sendiri," ancam Hafizh tak terima.

"Cih, mainnya ancaman nih. Nggak asik!" Kata Marten kesal.

"Buset. Nikmati sendiri kayak habis menang giveaway," Sahut Genta. "Emang yakin bakal di chat juga nomor-nomor itu?"

"Nah, tuh lah!" Lucas menunjuk Hafizh. "Paling jadi arsip. Disimpan tapi jarang tersentuh."

"Asal jangan jadi prasasti aja," sahut Marten.

"Emang kenapa kalo prasasti?"

"Cuman bisa dilihat, tapi nggak disentuh apalagi dimiliki."

Alvine menggumam, "Bukannya prasasti bisa disentuh ya, dan biasanya jadi milik museum,"

"Iya juga..." Marten menopang dagu. "Tapi nggak bisa sembarangan orang bisa menyentuh, apalagi memiliki,"

"Sudah, sudah. Kok jadi bahas prasasti, sih?" potong Alvine yang sudah gregetan.

"Tuh, lah!" Sahut Lucas.

"Tulah, tulah. Muka kau ku tampol sini!" sahut Hafizh kesal.

"Dih, galak!"

"Makanya jangan pelit. Berbagi itu berkah," sahut Marten.

"Berbagi dalam kemaksiatan," Sindir Alvine membuat yang lain jadi menohok. Genta pun hampir tersedak lagi, sulit menahan ingin tertawa.

"Astagfirullah..ckckck..." sahut Hafizh mengelus dada tapi sambil ikut cekekikan.

Doppo SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang