Selesai menerima telepon, Marten kembali ke tempat duduknya di sebelah Lucas. Pemuda jangkung berambut pirang dengan kaos oblong hijau itu memasang wajah datar walau sorot matanya seperti sedang kepikiran sesuatu. Membuat Genta, Hafizh, dan Lucas terdiam sejenak, lalu kompak menoleh ke Marten.
"Alvine kenapa?" tanya Lucas penasaran.
Marten tidak langsung menjawab. Ia menarik nafas sejenak, "Alvine baru saja mau menyusul ke sini tiba-tiba dipanggil ketua band gue... Shafa ngamuk di sekre,"
"Hah, Shafa kesurupan terus minta tolong Alvine buat ruqiyah, gitu?" tebak Hafizh asal.
"Ck, bukan, goblok! Shafa habis berantem sama anak-anak cewek lain gara-gara masalah band," kata Marten menjelaskan. "Di antara anggota lain, cuman Alvine doang yang masih di kampus saat ini. Jadi pas banget dia disuruh datang,"
Lucas dan Hafizh terkejut. Sementara Genta jadi menepuk kening sendiri.
Marten mendesah kasar. Detik itu juga ia berdiri, meraih hape, tas, dan jaketnya membuat Genta, Hafizh, dan Lucas jadi panik melihatnya.
"Aiyyaa, elo mau kemana?" tanya Lucas panik.
"Gue nggak bisa diam nunggu di sini kayak orang bego. Gue mau ke sekre!" kata Marten membuat ketiga temannya kembali tersentak.
"Ngapain? Ada Alvine harusnya sudah cukup. Dia tinggal keluarin ceramah no jutsu-nya," celetuk Hafizh.
"Masalahnya Shafa tuh kalau ngamuk kayak macan lepas. Musti dijinakin dulu baru bisa dengerin omongan orang," timpal Marten langsung beranjak.
"Eh, eh, Ju!" panggil Lucas, "Titip salam buat Nadine, ya!"
"Dih, sudah di-lepehin Nadine masih saja tebar pesona," omel Hafizh jadi menoyor Lucas.
Genta mengerjap-ngerjap, kemudian mengernyit sambil menoleh ke Hafizh, "Sebenarnya Juju tuh khawatir Alvine nggak bisa handle atau Shafa-nya kenapa-napa? Kok gue bingung, ya?" tanyanya tak paham.
"Nggak tahu. Emang sebesar apa masalahnya sampai Juju harus ikut turun tangan?" timpal Hafizh ikut kepikiran.
"Aiyyaa, kenapa akhir-akhir ini ada saja cobaan kita buat ngumpul berlima lagi?!" gerutu Lucas sambil menggaruk kepala. Bingung dengan situasi saat ini.
***
Marten berlari dari parkiran motor menuju Markas Besar. Perasaannya mulai kusut, antara khawatir dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
Langkah besarnya berhenti di depan sekre. Terlihat sepatu-sepatu berserakan di depan pintu yang sedikit terbuka. Marten segera melepaskan sepatu, melemparnya asal, dan masuk begitu saja tanpa mengetuk atau menunggu jawaban. Terlihat di dalam sekre, ada sosok Daffa, Alvine, Shafa, dan empat mahasiswi yang merupakan anggota band Srikandi. Salah satunya yang berambut panjang lurus adalah Nadine.
Alvine dan Shafa begitu terkejut melihat kedatangan Marten. Sementara Daffa tetap memasang wajah serius.
"Sorry, gue baru datang. Habis dari—"
"—Ju, sorry, tapi masalahnya sudah selesai," selah Daffa membuat Marten tersentak, "Band Srikandi sudah resmi bubar,"
"Bubar?!" kata Marten tanpa sadar menaikkan intonasi bicara, "Sebentar, ini kenapa sampai harus dibubarin, bang?"
"Tanya sama teman lu, noh!" ucap Nadine sambil menunjuk Shafa, "Bukannya introspeksi diri salahnya di mana malah nyalahin kami, itu yang namanya leader?! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppo Squad
HumorDOPPO diambil dari plesetan nama kedai kopi yang menjadi basecamp Genta, Marten, Lucas, Hafizh dan Alvine, yaitu Dopi alias Doyon Kopi. Nama Dopi sendiri diambil dari nama pemiliknya, yaitu Donny alias Doyon yang juga ialah kakak tingkatnya Doppo Sq...