8. Dia Milikku

182 71 94
                                    

Yuk absen!
Mana tim Sena Darma?
Mana tim Sena Harsa?
Mana tim Swara Darma?
Mana tim Swara Harsa?

Ga sabar beberapa part lagi bakal berlayar nih kapal, hihi~
AYO TEKAN TOMBOL BINTANG DULU DI POJOK BAWAH! GOMAWO~~
Tinggalkan komentar, please!

Happy Reading!!!
****

Langkah yang tergesa-gesa menuju tempat yang ditujunya. Perasaan tak tenang dengan pikiran yang berbeda dengan hatinya.

Swara memberikan bahan ajar kepada Gina, salah seorang tutor yang ikut membantu di TPQ. Ia masih kepikiran dengan Mbaknya, Senandung. Dibalik alasan datang bulan yang diterimanya, Swara yakin pasti ada hal yang membuat Senandung menangis.

Senandung yang memasuki ruangannya tertangkap oleh mata Swara. Gadis itu hendak menyusul Senandung, ia masih ingin mendapatkan jawaban yang pasti.

Namun, bukannya membantu untuk menenangkan. Ia malah membuat hatinya sendiri terkoyak. Jantungnya berdebar sekian kali lebih cepat. Mulutnya bergetar, namun langkahnya berjalan mendekat.

"Kenapa kalian berdua seperti ini?" tanya Swara tat kala melihat Darma yang sedang mengelus puncak kepala Senandung. Pria yang membuatnya jatuh cinta telah mengecewakan dirinya. Swara merasa dikhianati walau Darma masih bukan siapa-siapanya.

Harsa yang mendengar itu juga terkejut. Pasalnya, sedari tadi ia hanya berusaha mendengar perbincangan Senandung dan Darma tanpa melihat apa yang terjadi.

Harsa juga ikut berdiri, mendekati sumber kejadian. Ia sedikit kecewa, hatinya kembali tergores.

"Kalian ada hubungan apa?" tanya Harsa yang ingin memastikan.

Darma yang sudah menarik tangannya terkesiap. Mereka seperti tertangkap basah, walau sebenarnya tidak melakukan hal aneh menurutnya.

"Itu bukan seperti yang kalian lihat," ucap Darma membela dirinya. "Saya hanya berusaha menenangkan Senandung yang sedang tidak baik-baik saja," lanjutnya lagi.

"Menenangkan sambil mengelus kepalanya?" tanya Harsa tidak habis pikir.

"Aku kira Mas Darma tahu batasan perempuan dan laki-laki itu seperti apa. Tindakan Mas Darma ke Mbak Sena itu tidak pantas, Mas tahu kan? Apalagi ini di TPQ, banyak anak-anak yang bisa saja mencontoh hal-hal yang tidak baik seperti itu," kesal Swara dengan menahan sesak di dadanya.

Darma terdiam, ia berpikir sejenak untuk menjelaskan tindakannya. "Tapi kami tidak bersentuhan. Saya mengelus di atas jilbab Senandung," ucap Darma yang berusaha membenarkan sikapnya.

"Sama saja Darma, sikapmu memang tidak pantas," ucap Harsa yang juga sudah terbakar cemburu.

"Mas, kamu tahu aku selama ini menahan untuk berinteraksi denganmu karena aku pikir kamu laki-laki yang tidak berinteraksi dengan perempuan. Namun, setelah kehadiran Mbak Sena, aku jadi tahu dengan sikapmu yang sebenarnya. Dari mulai berboncengan hingga mengelus kepala Mbak Sena, aku benar-benar kecewa dan merasa salah menempatkan rasa padamu Mas," Swara dengan sadar menyatakan perasaannya pada Darma.

Darma tidak menyangka, selama ini cintanya berbalas. Namun, nasi telah menjadi bubur. Ia tidak tahu bagaimana lagi membela dirinya.

"Swara, Mbak sama Mas Darma ga ada hubungan apa-apa. Kami sudah seperti saudara. Mbak juga ga mau nyakitin perasaan kamu," ucap Senandung menenangkan Swara.

"Saudara bukan alasan untuk tidak memiliki rasa Mbak. Sekarang ini banyak diluar sana yang merebut pasangan saudaranya sendiri. Aku terima kalau memang Mbak suka sama Mas Darma, jujur saja, bukan malah mendukung perasaanku yang fana," ucap Swara. Gadis itu mulai mengeluarkan cairan bening yang ia bendung sejak tadi.

"Dia milikku. Senandung hanya akan menjadi milikku sampai kapanpun," suara itu terdengar dari mulut Harsa. Walau hatinya sakit, ia masih berharap Senandung menjadi pasangan hidupnya.

Enam mata menatapi arah pandangan yang sama. Harsa sedikit risih, namun hanya ini caranya untuk mendapatkan Senandung kembali.

"Saya dan Senandung adalah kekasih masa lalu. Lillahi, saya tidak tahu keberadaan Senandung selama ini. Saya berusaha mencarinya untuk meluruskan kesalahpahaman. Alhamdulillah, kebetulan takdir mempertemukan kami kembali disini. Hingga kejadian seperti ini terjadi didepan mata saya, Senandung masih menjadi perempuan yang saya cintai. Jadi, saya mohon kembali pada saya Senandung, saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi," ucap Harsa panjang lebar. Ia tanpa berpikir panjang membuka aibnya sendiri.

Senandung tertunduk, ia dan hatinya belum sepenuhnya pulih. Di satu sisi, ia kecewa dengan kejadian di masa lalu. Namun, disisi lain dia juga sedikit merasa lega mendengar Harsa yang selama ini mencarinya.

"Kamu rakus ya Mbak, sudah punya Mas Harsa masih mau sama Mas Darma juga," lirih Swara tidak menyangka.

"Kamu juga Mas, apa yang kamu lihat dari Mbak Sena? Sudah jelas aku yang selama ini mendampingi kamu, dan sekarang lihat Mbak Senandung sudah punya Mas Harsa. Kamu masih mau?" tanya Swara terdengar kesal dan penuh harap.

Air mata Senandung yang mulanya deras, dengan susah payah ia hentikan. Emosi dan perasaannya kini berjalan searah setelah mendengar ucapan Senandung.

"Mbak sudah bilang Ra, kami tidak punya hubungan apa-apa," tegas Senandung dengan Swara yang masih menatapnya kesal.

"Kamu juga Kak. Aku bilang kita sudah selesai, kamu emang ga bisa ngerti bahasaku kan? Kamu cuma mau puasin perasaanmu sendiri," kesal Senandung.

Darma yang berada di samping Senandung merasa iba. Gadis di sampingnya saat ini memang berbeda dari sebelumnya. Ia yang ceria kini menjadi sedih penuh luka.

"Sudah Sena. Tenangkan perasaanmu, percuma menjelaskan dengan orang yang tidak bisa mendengarkan penjelasan kita," ucap Darma sepelan mungkin.

"Kita difitnah Mas, padahal kamu dengan niat baik menenangkan aku," lirih Senandung.

Hati Swara yang kembali melihat interaksi keduanya semakin terkoyak. Dalam situasi seperti ini, keduanya masih sempat berbicara dengan tenang.

Swara membuang nafas kasar. Ia menatap Harsa yang juga terbakar cemburu sepertinya.

"Mas Harsa, kalau memang masih memiliki rasa pada Mbak Senandung mending segera temui Abi. Hati saya sakit melihat mereka seperti ini, berlindung dengan kedok seperti saudara," ucap Swara dengan sengaja mengeraskan suaranya.

Darma dan Senandung merasa tersindir. Keduanya berusaha pasrah dengan kejadian hari ini. Darma menganggap hal seperti itu sebagai pelajaran. Ia akan lebih berhati-hati setelah ini.

"Kalau saya yang bertemu Abi gimana?" Pertanyaan Darma membuat semuanya terkejut.

"Saya akan bertemu Abi setelah ini, supaya tidak ada kesalahpahaman, saya akan meminang putrinya langsung," ucap Darma yang lagi-lagi membuat semuanya tidak percaya.

Hati Senandung dan Swara berdetak kencang, mereka memikirkan hal yang sama. Siapa yang akan dipinang Darma? Apakah Senandung atau Swara?

"Mas Darma?" Senandung berucap pelan. Ia menuntut penjelasan.

"Mas, siapa yang akan kamu pinang? Senandung atau Swara?" tanya Harsa dengan penasaran yang memenuhi hatinya.

Darma melihat Senandung dan Swara bergantian. Hatinya berdetak untuk satu orang yang kini memenuhi pikirannya.

"Saya mohon jangan Senandung, dia milikku. Saya juga akan bertemu Abi jika waktunya tiba," ucap Harsa memelas.

"Jika waktunya tiba?" Senandung mengeluarkan suaranya.

"Kamu masih Kak Harsa yang dulu, dengan janji yang entah kapan bisa terealisasi. Apa aku memang bukan prioritasmu?" tanya Senandung terdengar kecewa.

Belum sempat Harsa memberikan penjelasan. Suara bariton yang tak asing memotong percakapan mereka.

"Siapa yang punya hubungan dengan siapa?"

****
S

udah vote kan?
Kira-kira siapa nih yang bakal dipinang Darma? 😬
Lanjut tidak?

See you~~

Senandung √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang