37. Flashback Harsa

67 10 3
                                    

Pagi!

Rajin banget ya aku, baru kemarin malam up, paginya up lagi😅

AYO TEKAN TOMBOL BINTANG DI BAWAH DAN TINGGALKAN KOMENTAR TERBAIK KALIAN!

Happy Reading!!!
****

Sejak memutuskan untuk menikahi Senandung, Harsa hanya memikirkan kemauannya saja tanpa sadar dirinya terikat dengan sebuah janji yang harus dituntaskan.

Malam itu, saat dirinya memberanikan diri untuk berkata yang sejujurnya, "Harsa ingin menikah," dengan penolakan dari papanya, Harsa tetap mengikuti kemauannya.

Papa Harsa, yang ingin anaknya menggantikan dirinya sebagai pemimpin di kantor, selalu saja meminta Harsa untuk menebus janji yang sudah di sepakati.

"Kamu boleh menikah, mau tidak mau kamu juga harus turuti kemauan Papa." Saat itu, Harsa hanya memikirkan Senandung dan cintanya yang ingin dikejar kembali tanpa tahu akhir dari semuanya.

"Selesai penelitian langsung ke Amerika untuk kuliah S3, tidak menerima bantahan apapun," Harsa setuju.

Harsa tetap tidak menyadari bahwa keputusannya kala itu akan lebih menyakiti Senandung. Namun, dirinya tetap dengan keputusannya sendiri untuk menikahi kekasihnya itu.

Hingga penelitian berakhir, Harsa yang setiap hari diteror papanya untuk menyelesaikan penelitian pun harus segera pergi memenuhi janjinya.

Malam itu, saat semua terlelap, Harsa tidak tega untuk meninggalkan istrinya yang tanpa dirinya tahu bahwa Senandung sedang mengandung. "Jaga diri sampai aku pulang, Sena. Aku akan sangat merindukanmu, maaf," ucapan terakhir yang ditutup dengan kecupan sedikit lama di pucuk kepala Senandung membuat bulir bening keluar dari mata Harsa.

Harsa pergi, tanpa pamit. Dengan rasa sesak yang tak tertahankan lagi, dia bertekad untuk segera pulang menemui istrinya kembali. Hanya 2 tahun, itu waktu terlama yang sudah menjadi tekad Harsa untuk menyelesaikan studinya.

Di Amerika, Harsa sudah disiapkan semua fasilitas untuk menyelesaikan studinya. Papanya benar-benar ingin Harsa berkuliah dengan nyaman tanpa hambatan, tanpa tahu hati anaknya yang rusak tanpa sosok istri yang pastinya sudah kebingungan mencari keadaannya.

Mengenai kepergiannya, bukan Harsa tidak mau memberi tahu Senandung, ia hanya mengikuti perintah papanya yang khawatir Senandung juga ikut ke Amerika sehingga Harsa tidak fokus dengan studinya.

"Senandung, aku rindu," ucapan itu terdengar setiap hari, bahkan setiap menit, karena Harsa benar-benar merindukannya. Setiap hari, Harsa benar-benar diisi dengan kegiatan studinya. Ia tidak menghabiskan waktu secara cuma-cuma, karena tujuannya adalah pulang untuk kembali bersama Senandung.

Hingga beberapa bulan kemudian, ia mendapati sebuah kiriman dari Indonesia. Sebuah amplop yang berisi berbagai macam foto yang tidak ingin dilihatnya. Senandung bersama laki-laki lain.

Bukan hanya itu, yang menjadi fokus Harsa adalah perut Senandung yang membesar. Kenapa dia tidak tahu bahwa Senandung hamil? Kenapa dirinya sangat jahat meninggalkan Senandung yang hamil anaknya?

Ting....

Ponsel Harsa berbunyi menandakan pesan masuk.

Harsa segera membukanya. Namun, apa yang ia temui sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya.

"Tolong ceraikan Senandung, bebaskan dia. Seperti yang sudah kamu lihat saat ini, Senandung sedang hamil anak saya,"

Pesan itu membuat jantung Harsa berdetak beribu kali lebih cepat. Ia tidak ingin percaya, tapi ada pesan lain yang membuat dirinya harus menerima kenyataan.

"Mama ga sengaja ketemu Senandung. Mama negur dia, tapi istri kamu itu pura-pura ga kenal Mama. Dia malah memperkenalkan laki-laki yang katanya suaminya, Mama sakit hati dan tidak tega kamu diperlakukan seperti ini,"

Bulir bening lolos begitu saja. Apa benar yang dikatakan mamanya ini? Harsa tidak ingin percaya, tapi mamanya selalu berada di pihaknya saat dirinya sedang ada masalah dengan papanya.

Beberapa hari kemudian, Harsa tidak fokus dengan studinya karena memikirkan masalah Senandung. Dia masih tidak yakin dengan apa yang didengarnya.

Namun, paket baru datang lagi. Isinya sama, foto Senandung bersama laki-laki yang sama dengan baju senada.

Dengan cekatan, tangan Harsa menekan tombol hijau untuk menelpon mamanya. Saat panggilan tersambung, Harsa langsung mengutarakan isi kepalanya.

"Mama yang kirim semua foto ini?" Nafasnya tidak beraturan, Harsa tidak bisa mengontrol emosinya.

"Foto apa?" terdengar bingung dengan pertanyaan Harsa, mamanya tentu tahu apa yang dimaksud anaknya itu.

"Ma, katakan bahwa itu tidak benar. Senandung tidak selingkuh," Harsa memelas, ia berharap semuanya bohong.

"Benar Harsa, Mama kecewa sama istri kamu. Beraninya dia bermain sama laki-laki lain hingga mengandung. Kalau Mama salah, kenapa dia pergi periksa sama laki-laki itu? Kenapa juga Mama ga pernah lihat laki-laki itu selama kamu bersama dia?" Mama Harsa berusaha meyakinkannya.

"Harsa? Mama sarankan kamu untuk segera menggugat cerai Senandung. Dia bukan wanita yang baik," ucap Mama Harsa.

Harsa terdiam, ia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Senandung bukan perempuan seperti itu.

"Harsa? Kamu masih di sana?" Keheningan dari seberang telepon membuat mama Harsa khawatir. Namun, ia hanya mengikuti arahan suaminya yang memang tidak pernah menyukai Senandung.

Telepon terputus, Harsa mengakhirinya. Ia sangat frustasi mendengar ucapan mamanya tentang Senandung yang berbanding berbalik menurutnya.

Sementara di kediaman orang tua Harsa, mama Harsa menatap iba ponselnya. Dirinya benar-benar terpaksa.

"Maaf Om, Tante, jika urusan saya sudah selesai, bolehkan pembayarannya dilakukan segera? Saya benar-benar membutuhkan uang itu," Suara yang tidak asing akhir-akhir ini memelas untuk segera mendapatkan bayarannya.

Arbiandra, laki-laki yang menemani Senandung akhir-akhir ini ternyata hanya suruhan orang tua Harsa. Ia melakukan semuanya demi uang.

"Tugas kamu belum selesai sampai mereka benar-benar bercerai. Tapi, saya akan kasi setengah dulu, sisanya nanti," Papa Senandung langsung menyodorkan amplop berisi uang kepada Arbi. Dirinya hanya ingin Harsa bebas dari perempuan yang membuat sikap anaknya berubah. Anaknya dulu selalu mengikuti kemauannya, kini bersikap keras kepadanya karena Senandung.

"Saya juga akan segera mengurus perceraian mereka, dengan atau tanpa izin Harsa," ucap Papa Harsa yang sudah tidak sabar lagi anaknya bercerai.

Seperti keinginan Papa Harsa, surat gugatan perceraian sudah terkirim di rumah Senandung. Rasa lega tentu saja dirasakan papanya, karena yang dia inginkan akan segera terwujud.

Harsa semakin sibuk dengan studinya, walau pikirannya penuh dengan masalah perceraian yang sudah disetujuinya. Ia terpaksa setuju, karena semuanya menyudutkan Senandung, dan bukti-bukti yang ia temui juga sudah mengarah kepada Senandung.

Mungkin Senandung tidak bahagia dengannya. Mungkin Senandung tidak membutuhkannya lagi. Mungkin Senandung terpaksa menikah dengan dirinya. Itu semua kemungkinan yang ada dibenak Harsa, tanpa ia tahu Senandung sedang kesakitan menerima kenyataan.

Perceraian keduanya akan berlangsung 2 minggu lagi. Harsa tidak akan datang, karena jarak yang jauh, dan dia juga tidak ingin melihat Senandung yang mungkin baik-baik saja menghadapi perceraian itu.

Semuanya sudah berjalan sesuai kemauan papa Harsa. Anaknya sedang berjuang untuk menggantikan dirinya di perusahaan. Semua sudah diatur sedemikian rupa, untuk kepuasannya semata.

Akankah Harsa dan Senandung benar-benar akan bercerai? Atau ada keajaiban yang membuat pernikahan mereka baik-baik saja?

"Aku lepas kamu dengan terpaksa. Aku mencintaimu,"

****

Jadi masih di team Harsa Senandung atau ga? 😢

See you~

Senandung √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang