13. Menikah atau Tidak?

128 47 79
                                    

Happy 1k viewers!
Terimakasih orang-orang baik:)

AYO TEKAN TOMBOL BINTANG DI BAWAH NANTI LUPA! daaaan tinggalkan komentar terbaik kalian!

Happy Reading!!!
****

Harsa pov....

Perasaan lega, beban pikiran berkurang, rasa rindu juga sudah tertuntaskan. Akhirnya, setelah sekian lama menanti, hari inipun tiba.

Setelah berbicara pada Abi, hatiku sedikit gugup. Entah ini emosi yang akan berakhir penyesalan, atau keyakinan hati yang akan berakhir bahagia. Harapanku, kisah ini adalah pilihan kedua. Namun, aku belum begitu yakin, pikiranku masih sedikit ragu.

Senandung Cahya Angin, nama yang selalu menghantui rasa bersalah di dadaku. Ia yang selalu aku rindukan akhirnya memberikan kesempatan kedua. Walau sedikit susah untuknya memberikan keyakinannya padaku, tidak akan kusia-siakan kepercayaan itu.

Senyuman di wajahnya saat ini terlihat seperti dulu. Dengan matanya yang masih sembab, ia mungkin sedang ragu padaku. Akan kubuktikan bahwa aku benar-benar bisa dipercaya kembali.

Namun, yang membuat aku tidak enak adalah laki-laki yang berada di hadapanku ini. Dikenal sebagai Mas Darma, seseorang yang akan menjadi iparku. Di hari yang sama, Darma meminang adiknya Senandung.

Kepeduliannya pada Senandung membuat aku kesal, mengapa dia masih memperhatikan calon istri orang lain? Bahkan, yang membuat aku tidak habis pikir, ia menyuruh aku untuk menjaga Senandung dan tidak menyakitinya. Padahal Abi juga sudah berkata seperti itu. Aku kesal, bukannya memperhatikan calon istri sendiri, malah terfokus pada Senandung.

"Besok kalau saya tidak masuk tolong badalkan ya Mas Harsa, nanti saya chat materi untuk besok," ucap Darma sembari tersenyum.

Lihat, seenaknya dia memintaku menggantikan posisinya besok. Padahal, aku ini peneliti bukan tutor disini. Aku perhitungan? Tentu saja. Tugasku di kantor juga menumpuk, apa harus ditambah dengan tugasnya lagi?

"Mas Darma mau kemana memangnya?" tanyaku. Aku bukannya apa, takut tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik. Karena disini tugasku hanya melihat cara tutor memberikan materi, kemudian menganalisis sarana prasarana yang masih kurang memadai.

"Saya mau melamar Swara dengan resmi. Besok malam, saya mau membawa Ibu dan Ayah ke rumah Abi," ucap Darma. Aku sedikit terkejut, secepat itu dia ingin meresmikan hubungan mereka?

Kalau seperti ini, aku juga harus cepat. Senandung adalah saudara tertua, dia tidak boleh didahulukan adiknya, Swara.

Namun, bagaimana aku berbicara pada Mama dan Papa. Perjanjian waktu itu aku harus menyelesaikan S2. Sementara, butuh beberapa bulan lagi untuk aku menyelesaikannya.

"Saya ikut kalau gitu," ucapku. Terdengar sedikit mendadak, karena juga masih belum pasti diperbolehkan atau tidak.

"Jangan buru-buru kalau belum yakin Mas Harsa. Senandung juga mengerti jika Mas harus meyakinkan hati lagi," ucap Darma. Lihat, dia selalu lebih tahu tentang apa yang dipikirkan Senandung.

"Senandung itu anaknya memang terdengar keras kepala seperti yang Abi katakan. Tapi, dia itu sebenarnya manja, ingin mendapatkan perhatian yang lebih. Mas Harsa coba istikharah dulu, apakah hati Mas yakin dengan pilihan yang akan dibuat,"

Kalau didengar dari ucapannya, Mas Darma memang laki-laki yang perhatian. Aku sedikit tersentuh karena dia begitu peduli dengan keputusanku. Tapi, dari ucapannya juga, aku merasa dia terlalu ikut campur.

Senandung √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang