35. Foto Studio

69 11 0
                                    

"Akhirnya, aku terbiasa tanpa kamu. Aku bisa berdamai dengan keadaan dan menikmati kehidupan tanpa adanya kamu."

~Senandung Cahya Angin

Sebelum lanjut membaca, JANGAN LUPA UNTUK MEMBERIKAN VOTE DAN KOMENTAR TERBAIK KALIAN!

Happy Reading!
****

Author pov

Senandung mengenakan sweater rajut yang baru saja dibelikan Swara. Walau ukurannya besar, sweater itu ngepas di tubuh Senandung.

"Mau kemana lagi kamu, Sena?" Buna menegur Senandung yang hendak menuju sofa.

Senandung menggeleng, "ga kemana-mana Bunaku. Sensitif banget," ucapnya terkekeh.

"Tumben pakai jaket di rumah, tak kira mau kemana," ucap Buna.

"Ini sweater, Buna, bukan jaket. Lagian ini baru loh, dibelikan Swara," Senandung menyombongkan sweater barunya.

"Iya terserah kamu," Buna sudah pasrah dengan sikap Senandung. Namun, hal itu membuat Buna merasa tenang karena beberapa bulan belakangan ini anak sulungnya itu sudah bisa menerima keadaan.

Tapi, akhir-akhir ini sikap Senandung berubah. Ia berusaha menghindari Darma, dan lebih sering membuntuti Bunanya.

Semenjak pemeriksaan terakhirnya, Senandung sering merasakan kontraksi. Walaupun dokter berkata, "Bu Senandung, karena kondisi kehamilannya sudah tua dan tinggal menunggu waktunya saja, Ibu akan sering mengalami kontraksi. Tapi, tenang saja. Kontraksi tersebut masih berupa kontraksi palsu. Namun, ibu juga harus berjaga-jaga, siapa tahu si adek mau keluar lebih cepat," Senandung selalu mengingat itu, makanya dia tidak pernah berjalan jauh-jauh sendirian, selalu ditemani.

Akhir-akhir ini pula, Arbi, teman kuliah Senandung sering mengunjunginya. Wanita bersuami itu juga memperkenalkannya kepada keluarga sebagai teman kuliahnya dulu. Senandung lebih sering menghabiskan waktu bersama Arbi.

Awalnya, Abi tidak setuju, karena pergaulan laki-laki dan perempuan itu terbatas. Namun, Buna dengan susah payah memberikan pemahaman pada Abi. "Di kondisi Senandung yang seperti ini, dia butuh teman. Abi juga tidak selalu ada untuk dia. Sementara Darma, mereka sepertinya sedang ada masalah, Senandung selalu menghindarinya," ucap Buna. Perkataan Buna itu mengarah untuk meminta izin supaya Abi membolehkan Senandung berteman dengan Arbi.

Abi tidak menjawab, kepala keluarga itu hanya memikirkan hukum syari'at.

"Buna mohon Bi, tidak lama, hanya sampai Sena melahirkan. Biarkan si Arbi itu menemaninya. Buna takut kejadian yang lalu terulang lagi. Senandung butuh teman untuk menyembuhkan lukanya," ucap Buna. Ibu dua anak itu terus memohon supaya Abi memberikan izin.

"Hanya sampai Sena melahirkan?" Abi mengulangi ucapan Buna. Sementara sang istri hanya mengangguk.

"Baiklah, kali ini Abi izinkan. Demi keselamatan Senandung dan bayinya," ucap Abi lalu pergi meninggalkan Buna.

Tak lama kepergian Abi, Arbi dengan tentengan di tangannya tiba dikediaman mereka. Buna tersenyum dan mempersilakan Arbi untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Sena, ada Arbi," teriak Buna.

Mendengar itu, Senandung langsung mendatangi ruang tamu dengan baju yang terlihat rapi. Gamis hijau sage dan jilbab abu-abu. Senandung bersiap untuk pergi.

Senandung √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang