24. Harsa Kembali

90 13 3
                                    

Apa kabar?

Masih ada yang baca cerita ini?

AYO TEKAN TOMBOL BINTANG DIBAWAH NANTI LUPA! daaan tinggalkan komentar terbaik kalian!

Happy Reading!
****
"Kesempatan kedua adalah keberuntungan. Jangan sampai disia-siakan, karena mungkin tidak akan didapat kesempatan berikutnya,"
~Rj
****

Suasana memanas, disebabkan satu kalimat. Deru nafas berpacu dengan kecepatan detik demi detik.

Darma membawa motornya dengan kecepatan sedang. Pikirannya saat ini tidak tenang, ingin rasanya ia menghabisi Harsa kalau saja Swara tidak menyusulnya.

Darma menatap jalan raya dengan serius. Namun, hati dan pikirannya tidak sejalan dengan dirinya. Laki-laki yang sudah beristri itu memikirkan istri orang lain.

"Kalian mau nginap disini?" tanya Ibu Darma yang sedang menyiapkan makanan untuk anak dan menantunya.

Swara menoleh ke Darma yang tidak menjawab. Suaminya itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Sikunya menyenggol lengan Darma, "Mas, Ibu nanya," ucap Swara pelan.

Darma tersadar dari lamunannya, ia menoleh Swara dan langsung menatap ibunya. "Ibu nanya apa?" tanya Darma yang malah balik bertanya. Ia tidak mendengarkan ucapan ibunya.

"Kamu lagi ada masalah?" Ibu Darma membelakangkan pertanyaan sebelumnya. Ia tahu anaknya sedang memikirkan sesuatu.

Darma menoleh Swara dahulu sebelum akhirnya menggelengkan kepala. "Tidak ada Bu, kepalaku terasa sedikit berdenyut," ucapnya. Ia berbohong dan berusaha menutupi apa yang sedang dipikirkan.

"Tadi Ibu nanya, apa kita mau nginap disini?" tanya Swara mengingatkan kembali pertanyaan mertuanya.

Pikiran Darma kembali pada Harsa. Apa laki-laki itu sudah pulang menemui Senandung?

"Mas?" Swara semakin khawatir. Ia ikut yakin dengan ucapan ibunya, Darma sedang ada masalah. Sejak ia menyusul suaminya terakhir kali, sejak saat itu pula sikap Darma berubah.

"Mumpung sudah disini, kami nginap saja Bu," Bukan Darma yang menjawab, tapi Swara. Perempuan itu sedikit tidak nyaman karena sikap Darma yang terlihat berbeda.

Sebelah tangan meraba posisi di sampingnya, "masih belum pulang," lirihnya. Senandung membuka matanya, ia mengambil ponsel yang tergeletak di nakas. Jam menunjukkan pukul 10 pagi, sudah sehari ia bergelar istri tanpa suami.

Ponselnya berdering saat Senandung sedang menatapi nomor ponsel Harsa. Keningnya berkerut, bukan suaminya yang menelpon, tetapi Darma.

"Wa'alaikumsalam, ada apa Mas?" Senandung menjawab salam dari suara yang terdengar di telepon.

"Kamu masih di rumah, Sena? Harsa sudah pulang?" Pertanyaan demi pertanyaan terdengar bersamaan.

Senandung diam sejenak, tidak ada yang sepeduli Darma padanya. "Belum Mas, mungkin ada kerjaan di luar," jawaban Senandung terdengar santai. Ia tidak mau Darma terus menerus memikirkan dirinya dan Harsa.

"Kamu sama siapa di rumah?" Darma terdengar khawatir.

Senandung kembali terdiam, sikap Darma seperti ini membuat dirinya membayangkan sikap Swara saat kejadian terakhir kali. "Sendiri Mas. Swara mana?" Senandung mengalihkan pembicaraan. Ia takut Swara kembali berpikiran yang tidak-tidak padanya.

"Kami di rumah Ibu. Kalau kamu sendirian, kami tidak jadi menginap dan akan segera pulang," ucap Darma.

"Jangan Mas," Senandung langsung menolak ucapan Darma. "Kalian menginap saja, mungkin Kak Harsa bentar lagi pulang. Di sini juga nanti ada Abi dan Buna. Nikmati hari bahagia kalian," lanjutnya lagi.

Senandung √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang