Yeorin.
Hal pertama yang ku lihat ketika aku masuk ke markas pengawasan adalah Jaehyun dan Seonjoo — dengan tangan masing-masing di saku belakang.
Sebelum gambaran itu tertanam terlalu dalam dalam ingatanku, aku terbatuk.
Mereka berhamburan saat mendengar suara itu, tapi—
Sangat terlambat. Tidak bisa menghilangkan bayangannya.
“Di mana sajangnim?” aku bertanya.
“Di kota,” jawab Seonjoo, tepat ketika Jaehyun bertanya, “Di mana klien?”
“Aku perlu bicara dengan sajangnim,” kataku.
Soobin, duduk di meja di seberang ruangan, mengangkat gagang telepon rumah dan mengulurkannya kepadaku.
Aku berjalan mendekat, mengambilnya, memutar nomor Seokjin, dan secara mental mempersiapkan diriku untuk berhenti — di sini, di depan kedua musuh bebuyutanku — dan mengabaikan semua pertanyaan di kepalaku.
Akankah Seokjin membentakku?
Apakah Jaehyun dan Seonjoo akan senang melihat ku gagal?
Apakah aku kehilangan kesempatan di Tokyo?
Tubuhku terasa sekencang kawat saat aku menunggu.
Tapi telepon Seokjin masuk ke pesan suara.
“Senang sekali kau ada di sini,” kata Jaehyun sambil menutup telepon. “Kami sedang melakukan beberapa aktivitas di properti keluarga Han.”
Aku menggelengkan kepalaku.
“Tembakannya? Itu hanya ayahnya yang memukul botol di jurang.”
“Tidak,” kata Jaehyun kemudian. “Di rumahnya di kota.”
Lalu Jaehyun melirik ke arah monitor.
"Seonjoo-ssi, tarik ke atas," katanya.
Semua formal. Seperti pembohong.
Tapi apa yang dia lihat di monitor membuatku mengambil satu langkah lebih dekat.
Lalu yang lain.
"Apa-apaan ini?"
"Ya."
Itu adalah gambar dari kamera di sekitar rumah Jimin di Seoul. Semua jendela di lantai pertama telah dicat dengan hati merah muda dan nama Jimin berulang kali.
Aku mempelajari rekaman yang berbeda dari sudut yang berbeda. “Setiap jendela di bawah?”
Jaehyun mengangguk.
“Apakah itu sessaeng? Apakah kita mengenalnya?"
“Kami sembilan puluh sembilan persen yakin itu adalah ulah si penguntit,” kata Jaehyun.
Seonjoo beralih ke cuplikan dari sebelumnya tentang seorang wanita yang sedang beraksi.
"Itu dia? Apakah kita mendapatkan ID wajah?”
Jaehyun menggelengkan kepalanya. “Tidak, tapi dia meninggalkan hadiah.”
“Hadiah?”
"Ya. Di teras depan,” kata Jaehyun. Lalu dia menambahkan, “Dalam tas hadiah.”
“Apa itu?”
Jaehyun memeriksa pesan di ponselnya.
“Menurut Sojung-ssi, itu adalah sweter rajutan tangan dengan gambar wajah Jimin yang sangat fotorealistik di bagian depan, album foto anak-anak anjing barunya, dan sekumpulan foto telanjang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard
RomanceKim Yeorin lebih terlihat seperti guru taman kanak-kanak daripada seseorang yang bisa membunuhmu dengan pembuka botol anggur. Atau pulpen. Atau serbet makan malam. Namun kenyataannya, dia adalah Agen Perlindungan Eksekutif (alias Bodyguard), dan di...