Yeorin.
Seokjin menatapku, seolah ini tidak sulit.
“Beri tahu mereka hari ini, lalu berangkat malam ini. Aku akan mengirim Sunghoon dengan mobil setelah makan malam. Dan kami akan menempatkan agen di apartemenmu untuk mengawasimu selama beberapa hari ke depan.” Seokjin berbalik untuk memeriksa daftar pemainnya.
Aku menyilangkan jari untuk Sunghoon. Atau Soobin. Atau Sojung.
“Seonjoo bebas,” kata Seokjin.
"Anda serius?" Kata ku. “Dia musuhku!”
"Lupakan saja,” kata Seokjin.
Kemudian, dengan rasa takut, aku menyadari bahwa jika dia menceritakan detailku pada Seonjoo, maka Jaehyun bebas melakukannya.
Aku berkata, “Siapa yang menggantikan ku?”
Seokjin tahu apa yang ku tanyakan. Tapi dia memainkannya seolah dia tidak tahu.
“Setelah semuanya terbuka, kami akan memindahkan tim ke peternakan dan juga menempatkan tim di rumah Jimin-ssi. Dan aku akan menempatkan Jaehyun sebagai kepala tim.”
Aku melihatnya datang. "Ayo!"
"Hei," kata Seokjin. “Persis seperti operasi Jaehyun di Jakarta. Kau menginginkan yang terbaik untuk pacarmu, bukan?”
"Jangan panggil Jimin pacarku," kataku.
“Baiklah,” kata Seokjin. “Ku rasa semuanya sudah berakhir sekarang.”
Jaehyun mengangguk dengan seringai yang membuatku ingin meninju wajahnya.
“Tetapi inilah kabar baiknya,” kata Seokjin. “Kau masih mencalonkan diri untuk misi di Tokyo. Dan sekarang kau bebas pergi ke Italia.”
Lalu dia mengetuk arlojinya, seperti Eyes on the Prize — mengira aku mendapatkan apa yang kuinginkan.
“Dua minggu yang singkat.”
.
.
.Aku bahkan tidak bisa mengerahkan tenaga untuk berpura-pura berlari pulang ke rumah.
Aku hanya berjalan — memprotes setiap kekecewaan dalam hidupku dengan postur tubuh yang buruk.
Jimin menemui ku di jalan berkerikil dengan Range Rover-nya yang baru dimatikan.
“Kau meLihat beritanya,” katanya. “Ayo pergi ke sungai.”
"Oke,” kataku sambil mengangkat bahu dengan lemas, dan naik ke kursi penumpang.
Kami tidak berbicara selama perjalanan. Aku hanya menyaksikan pemandangan dengan kesadaran melambat yang muncul ketika kau tidak akan pernah melihat sesuatu lagi.
Pagar kawat berduri. Jalur berkerikil yang rusak. Rerumputan beterbangan di ladang. Pohon-pohon kemiri yang tinggi menyapu langit. Burung elang berputar-putar dengan malas di atas kepala.
Rasanya belum pernah ku datangi — atau akan datang lagi.
Aku tidak pernah emosional untuk mengakhiri suatu pekerjaan. Itu adalah bagian dari tidak terikat. Kau baru saja bekerja. Ketika kau pergi, kau akan bekerja di tempat lain.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan kesedihan yang meresap ke dalam hatiku. Rasanya penuh sekali, aku bisa memerasnya seperti spons.
Apa yang dilakukan orang-orang dengan kesedihan seperti ini?
Bagaimana cara mereka mengeringkannya?
Ketika kami sampai di ujung jalan — tempat yang sama di mana Jimin memberiku tumpangan di punggung nya — Jimin mematikan mesin, tapi tak satu pun dari kami yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard
RomanceKim Yeorin lebih terlihat seperti guru taman kanak-kanak daripada seseorang yang bisa membunuhmu dengan pembuka botol anggur. Atau pulpen. Atau serbet makan malam. Namun kenyataannya, dia adalah Agen Perlindungan Eksekutif (alias Bodyguard), dan di...