3

77 15 31
                                    

Yeorin.

Sebulan kemudian, aku masih marah karenanya.

Pencium yang buruk? 

Maksudku, gila kerja? Benar. 

Tidak ada salahnya untuk menjadi luar biasa dalam pekerjaan mu.

Tidak menyenangkan? Apa pun itu. Kegembiraan dilebih-lebihkan.

Tapi pencium yang buruk?

Itu adalah jenis penghinaan yang akan menghantui ku sampai ke liang kubur.

Tidak dapat diterima.

Sama seperti keadaan sepanjang hidupku.

Ibuku meninggal. Lalu aku dipecat dari misiku. Kemudian hubungan terlama dalam hidupku berakhir dengan hinaan paling buruk di dunia. Dan tidak ada yang bisa ku lakukan untuk mengatasi semua itu. 

Ibuku tetap meninggal, mantan pacar dan sahabat ku berangkat selama tiga minggu untuk tugas ku ke Madrid, dan aku tinggal di rumah. Di Seoul. Tanpa ada yang bisa dilakukan dan tidak ada orang yang bisa diajak melakukannya.

Tidak jelas bagaimana aku bisa bertahan.

Kebanyakan, aku melakukan apa saja untuk tetap sibuk. Aku menata ulang ruang arsip di kantor. Aku mengerjakan tugas kecil lokal. Aku mengecat ulang kamar mandi ku dengan warna oranye tangerine tanpa bertanya kepada pemilik rumah. 

Aku membersihkan rumah ibuku dan mendaftarkannya untuk dijual. Aku berlari sejauh enam mil setelah bekerja dengan harapan dapat menenangkan diri. Aku menghitung detik-detik seperti api penyucian sampai aku bisa keluar kota.

Oh, dan aku tidur setiap malam di lemariku.

Empat minggu itu memakan waktu seribu tahun. Dan selama itu, aku hanya dapat mengingat satu hal baik yang terjadi.

Saat memeriksa kotak perhiasan ibuku, aku menemukan sesuatu yang ku pikir telah hilang — sesuatu yang mungkin tampak seperti sampah bagi orang lain. 

Terkubur di bawah kalung yang kusut, aku menemukan peniti manik-manik perak kecil yang kubuat di sekolah pada ulang tahunku yang kedelapan.

Warna-warnanya persis seperti yang kuingat: merah, oranye, kuning, hijau pucat, biru muda, ungu, putih.

Peniti persahabatan yang terbuat dari manik-manik sangat populer di sekolah pada tahun itu — kami semua membuatnya dan menyematkannya ke tali sepatu kami — jadi pada hari guru kami membawakan peniti dan manik-manik, kami sangat gembira. 

Dia membiarkan kami menghabiskan waktu istirahat untuk membuatnya, dan aku menyimpan favoritku untuk diberikan kepada ibuku. Aku menyukai gagasan mengejutkannya pada hari dia memberiku hadiah dengan hadiahku sendiri untuknya. Tapi pada akhirnya aku tidak sempat memberikannya padanya.

Entah bagaimana, sebelum keesokan paginya, itu hilang.

Setelah hari itu, aku telah mencarinya selama berminggu-minggu. Mengecek dan mengecek ulang lantai lemariku, saku ranselku, di bawah permadani lorong. Itu adalah salah satu misteri yang panjang dan belum terpecahkan dalam hidupku — sebuah pertanyaan yang sudah lama kubawa: Bagaimana aku bisa kehilangan sesuatu yang begitu penting?

Tapi dua puluh dua tahun kemudian, perhiasan itu tersimpan dengan aman di kotak perhiasan ibuku, menungguku seperti jawaban yang sudah lama tersembunyi. Sepertinya dia telah menyimpannya dengan aman untukku sepanjang waktu.

Sepertinya mungkin aku sedikit meremehkan ibuku.

Dan diriku sendiri juga.

Saat itu juga, aku memeriksa kalungnya untuk menemukan rantai emas yang kokoh, lalu aku menjepitkan pin manik-manik ke kalung itu seperti liontin.

The BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang