007.

580 50 0
                                    

Saat siang hari, Bimo berbaring malas di tempat tidur Ranti sambil menepuk-nepuk pelan perut Ray yang perlahan tertidur. Ketika sekiranya anak itu sudah pulas, Bimo pun berhenti dan melamun menatap Ray yang begitu mirip dengan ibunya, "Untung kamu mirip ibumu.." gumamnya lalu kembali melamun. Pikirannya kembali pada apa yang terjadi semalam. 

— 

Bimo berhenti sejenak lalu menatap Ranti. Menyadari jika wanita itu tak memberikan perlawanan, Ia pun menyentuh dagu Ranti dan kali ini, menciumnya lebih dalam. Kali ini, wanita itu memejamkan kedua mata dan membalas ciumannya. Hingga perlahan, tanpa Bimo sadari, Air mata menitik dari pelupuk mata wanita itu. 

Bimo kembali membuka matanya dan menatap wajah wanita itu. Tangannya menyentuh pipi Ranti dan mengusapnya lembut sebelum Ia kembali memejamkan kedua matanya hingga sebuah memori kembali muncul dalam pikirannya.

— 

Ruangan kantor…

Malam hari…

Suara langkah sepatu… 

"Hai babe~" Perhatianku teralihkan oleh suara hak sepatu yang beradu dengan lantai marmer ruang kantor. Sesosok wanita cantik dalam balutan pakaian serba hitam nan elegan memasuki ruang kerja yang sepertinya itu adalah ruang kerjaku.

Wanita itu menghampiriku dan mengecup pipiku mesra sebelum kemudian Ia memutar kursi kerja dan duduk di pangkuanku. "Ini udah jam berapa? Kamu lupa kah sama aku?"

"Tanggung, sedikit lagi." 

"You always say that and then go home at 5 AM."

Aku hanya tersenyum pasrah mendengar protes dari wanita itu yang sepertinya adalah kekasihku. Ia kemudian mencium bibirku seolah berusaha mengalihkanku dari pekerjaan yang tengah kulakukan. Harus kuakui, Ia adalah pencium yang handal dan hal itu mampu membangkitkan gejolak dalam diriku–gejolak yang dimiliki banyak lelaki. It was just lust not love.

Aku terbangun dan mendudukkannya di atas meja karena dorongan nafsu dalam diriku. Bicara tentang realita dan logika, kurasa tak akan ada pria yang tidak tertarik jika digoda wanita secantik dia kecuali jika pria itu menyukai sesama. Dia, Amaura, kekasih dan calon tunanganku selama setahun terakhir ini. Kami akan bertunangan dalam waktu dekat–pertunangan yang juga berbalut urusan bisnis antara keluargaku dan keluarganya. 

Ayah tiriku memilihku untuk dijodohkan dengan Maura, dibandingkan putra kandungnya sendiri, karena latar belakangku yang merupakan teman SMA seangkatan Maura. She said she always had a crush on me since high-school, So We decided to date when we get older. Lalu Ayah tiriku 'menjual' cerita itu pada keluarga Maura agar terkesan natural–like too good to be true puppy love story.

Meski realitanya, I am actually tired of her. 

Amaura adalah wanita yang begitu dimanja di keluarganya–tipikal putri konglomerat yang hanya tahu perihal kemudahan dan bersenang-senang. Ia memiliki bisnis butik dan klub malam, meski yang di-highlight di hadapan publik hanyalah bisnis butiknya saja.

Once in a while, I came to her night club, hanya sekedar ingin tahu bagaimana dia bersenang-senang dan kemudian aku berfikir bagaimana dia bisa bertanggung jawab untuk keluarga kami setelah kita menikah dan mempunyai keturunan nantinya? 

Sejujurnya aku meragukan pernikahan kami. Karena jika suatu saat kami bercerai, Publik pasti akan berpikir bahwa akulah yang brengsek di sini. Tapi tak ada gunanya mengatakan hal itu, Karena Ayah tiriku tak akan peduli. 

[COMPLETED] 7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang